Jakarta, CNN Indonesia -- Selain terkenal sebagai surga belanja, Hong Kong juga terkenal dengan wisata kulinernya. Tak heran kalau chef ternama Indonesia, Edwin Lau menjadikan Hong Kong sebagai destinasi wisata favorit.
Beberapa pengalaman unik dirasakan Edwin Lau saat ia berada di kawasan perbukitan New Territories dan menikmati wisata budaya di Ping San Heritage yang menampilkan desa-desa tua dan makanan tradisional.
"Saya berkesempatan ke pedesaan, bagian tradisional. Satu daerah bagi saya masih cukup baru. Soalnya saya dari dulu kalau ke Hongkong kalau enggak
shopping, makan. Enggak pernah ke desanya," kata Edwin pada CNN Indonesia, saat ditemui di Sentral Senayan, Jakarta, Rabu (7/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bahkan enggak tahu ada desa di Hong Kong," imbuhnya.
Ia mengaku terkagum-kagum dengan kebudayaan tradisional Hong Kong. Di sana Edwin berkesempatan menyaksikan lomba perahu naga secara langsung dan mengunjungi tempat peternakan ikan nila.
Lelaki asal Makassar itu mengaku terkejut melihat fakta bahwa feses ikan nila bisa digunakan untuk menumbuhkan makanan. Menurutnya, konsep
suistanable living yang diterapkan benar-benar berhasil. Ia pun berkesempatan untuk memasak ikan nila secara langsung. "Di sana saya memasak pakai ikan nila hasil peternakan mereka. Ikan nilanya lebih gemuk, lebih besar, lebih clean dari ikan nila di Indonesia," papar Edwin.
Selain itu, Edwin juga berkesempatan untuk mengunjungi sebuah
event yang sangat berkesan baginya. "Satu event yang paling berkesan yaitu satu festival untuk merayakan seratus hari kelahiran anak keluarga Tan. Itu dirayakan dengan kurang lebih 1000 keluarga," ujarnya.
Tan merupakan salah satu Marga terbesar di Hong Kong. Bahkan bisa dianggap sebagai leluhurnya orang Hong Kong. Edwin pun menceritakan kalau kuliner masuk ke Hong Kong melalui keluarga mereka.
"Yang paling berkesan adalah waktu mereka masak makanannya, poon choi. Itu bisa didapatkan di restoran di Hong Kong, tapi ini yang otentiknya," tutur Edwin.
Poon choi disajikan dalam satu baskom yang penuh dengan berbagai macam protein dan ada lobak di dalamnya. Bagi orang Tiongkok, lobak menggambarkan kesucian. Lobak juga menyerap sari dari semua protein yang ada dalam wadahnya. Sementara protein melambangkan kemakmuran.
"Makanannya satu di tengah. Besar sekali tinggal dipanasin di kompor mereka makan satu keluarga dalam satu meja. Waktu itu kita ikut memasak. Makanannya
very tasty dan yang paling berkesan adalah suasana kekeluargaannya," cerita Edwin.
Satu hal lagi yang membuat Edwin berkesan dengan kawasan itu adalah sebuah kedai kecil. Kedai yang hanya mampu memuat 10 orang itu menyuguhkan makanan utama nasi, burger, dengan durian di dalamnya, dan sayuran yang dicah dengan sedikit potongan bawang putih.
"Bagi saya itu
something new karena Indonesia tidak makan durian dengan nasi. Rasanya aneh. Tapi mereka menikmati banget, saya cuma menghabiskan setengah," ucap Edwin.
(mer/mer)