KESEHATAN MATA

Indonesia Cuma Punya Lima Dokter yang Mampu Cangkok Kornea

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 08 Jan 2015 16:35 WIB
Salah satu masalah mata yang paling populer adalah menurunnya kualitas penglihatan. Salah satunya bisa disebabkan oleh rusaknya kornea mata.
Ilustrasi mata (Pixabay/PublicDomainPictures)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mata merupakan bagian organ yang paling penting bagi manusia. Tanpanya Anda tak bisa menyaksikan indahnya dunia. Seperti halnya organ lainnya, mata juga rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh penyakit atau perawatan yang tidak benar.

Salah satu masalah mata yang paling populer adalah menurunnya kualitas penglihatan. Salah satunya bisa disebabkan oleh rusaknya kornea mata. Penglihatan yang tidak jernih lagi diakibatkan oleh kondisi kornea yang juga tidak jernih, bahkan dalam beberapa kasus terdapat goresan-goresan di kornea. Dampak yang paling parah akibat rusaknya kornea adalah kebutaan.

Dokter ahli ophtalmologi, Tjahjono D. Gondhowiardjo, mengatakan bahwa di Indonesia kebutaan kornea hampir setiap hari terjadi, baik itu akibat kecelakaan, infeksi, cedera kornea maupun penyakit degeneratif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, jika kornea mata mengalami kerusakan, itu tidak akan bisa disembuhkan. "Kornea sebetulnya seperti kaca bening tapi sifatnya paling vital. Begitu kaca itu rusak tergores saja tidak bisa diganti kembali. Harus dicangkok," kata Tjahjono, saat ditemui di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, Kamis (8/1).

Akibatnya, kebutuhan transplantasi kornea di Indonesia pun menjadi tinggi. "Kebutuhannya kita enggak bisa pastikan. Tapi daftar tunggunya saja enggak pernah kurang dari 50 orang," ujar Tjahjono.

Transplantasi kornea merupakan prosedur bedah yang melibatkan penggantian kornea yang sudah rusak atau tidak berfungsi dengan kornea baru (kornea donor). Ini merupakan cara yang efektif untuk mengembalikan kesehatan penglihatan.

Saat ini transplantasi kornea dilakukan tidak hanya untuk mengatasi kebutaan yang terjadi akibat rusaknya kornea, tapi juga untuk mengatasi pandangan yang tidak jernih lagi.

"Orang tidak lagi bicara rehabilitasi kebutaan tapi juga optimalisasi penglihatan yang berkaitan dengan produktivitas untuk aktivitas sehari-hari yang bisa meningkatkan kualitas hidup," paparnya.

Sayangnya, kemampuan Indonesia untuk melakukan transplantasi kornea sangat minim. Tjahjono pun mengungkapkan hanya ada lima dokter di Indonesia yang bisa melakukan transplantasi kornea. "Ini terkait tidak adanya peralatan untuk latihan," katanya.

Akibatnya banyak pasien yang membutuhkan transplantasi kornea harus pergi ke negeri tetangga untuk melakukan operasi. Padahal jika dilihat dari biaya, transplantasi kornea yang dilakukan di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan di luar negeri, misalnya Singapura. "Kalau di Singapura seharga satu Innova, kalau di sini sekitar 40 juta," ucap Tjahjono.

Sejak tahun 2008 transplantasi kornea di Indonesia sudah menggunakan teknik Lamellar Kerostaplasy. Dengan teknik ini kornea yang diganti hanya bagian kornea yang rusak, sedangkan jaringan kornea yang masih sehat tetap dipertahankan. Sehingga proses adaptasi mata pasien terhadap kornea baru menjadi lebih mudah dengan risiko penolakan yang lebih kecil.


(mer/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER