Jakarta, CNN Indonesia -- Para peneliti mengatakan terhanyut dalam setiap kata yang tertuang dalam novel dapat memicu perubahan pada otak yang bisa bertahan selama lima hari setelah membaca.
Sebuah riset baru yang dilakukan di Emory University, Amerika Serikat, menemukan bahwa membaca buku dengan kualitas isi yang baik dapat meningkatkan konektivitas pada perubahan otak dan saraf yang terus menerus berlangsung.
Perubahan tersebut terjadi pada korteks temporal sebelah kiri yang merupakan sebuah area yang terkait dengan penerimaan otak terhadap bahasa. Bagian ini juga merupakan area sensor motorik yang terdapat pada otak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat membaca, pada area tersebut terjadi fenomena yang disebut
grounded cognition yang bekerja untuk mengelabui pikiran agar memikirkan tentang hal yang sedang dibaca, sehingga pikiran pun percaya bahwa kita melakukannya, padahal tidak sama sekali.
Contohnya, coba pikirkan Anda sedang berlari. Saat itu saraf akan menganggap kita sedang melakukan tindakan fisik berlari.
"Perubahan yang terjadi pada saraf yang kami temukan, berhubungan dengan sensasi fisik dan sistem pergerakan, menunjukkan bahwa membaca novel dapat mengubah Anda menjadi pemeran utama dalam novel tersebut," kata profesor ahli saraf, Gregory Berns.
"Kita semua tahu bahwa cerita yang bagus adalah yang bisa membuat Anda merasakan hal yang sama seperti di cerita, seperti sebuah kiasan, memakai sepatu orang lain. Sekarang kita bisa melihat hal ini terjadi secara biologis," ujarnya.
Seperti dilansir dari
independent.co.uk, penelitian ini melibatkan 21 murid. Mereka diminta untuk membaca buku yang sama, yaitu Pompeii. Buku karya Robert Harris diterbitkan pada tahun 2003 dan ber-
genre thriller."Ceritanya, pemeran utama dalam novel ini sedang berada di luar kota Pompeii dan menyadari bahwa ada uap air dan keanehan yang muncul dari sebuah gunung api," ucap Berns. "Ini merupakan penggambaran kejadian yang sebenarnya melalui dengan kemasan fiksi dan lebih dramatis. Hal yang penting buat kami adalah buku ini punya narasi yang kuat," imbuhnya.
Dalam waktu 19 hari mereka membaca buku ketika malam hari, paginya mereka diminta untuk melalukan
MRI scan. Hasilnya memang ada perubahan saraf seperti yang dijelaskan di atas.
Ketika bukunya selesai dibaca, lima hari kemudian otak mereka pun di-
scan. Pada otak mereka ditemukan ada perubahan pada saraf yang masih terjadi walaupun sudah menginjak hari ke lima setelah selesai membaca buku. Hal ini membuktikan bahwa dampak membaca buku tidak hanya terasa sebagai reaksi sesaat, tapi mempunyai pengaruh yang lebih lama.
"Walaupun mereka, para partisipan, tidak membaca novel itu sama sekali ketika diperiksa, tapi peningkatan konektivitasnya masih terus terjadi. Kami menyebutnya 'aktivitas bayangan' yang hampir sama dengan memori otot.
(mer/mer)