Jakarta, CNN Indonesia -- Berbagai kain-kain asli Indonesia kini tengah jadi primadona. Kain batik, tenun, songket dan lainnya banyak diburu pencinta busana.
"Proses pembuatan kain tradisional itu tidak mudah. Harus diperhatikan letak benangnya, seratnya dan kerapatan benangnya, agar hasilnya bagus," kata Okke Hatta Rajasa, pendiri Cita Tenun Indonesia.
Tak aneh jika kain-kain ini memiliki harga jual yang cukup tinggi. Sayangnya, meski sudah banyak orang yang memiliki kain tradisional, namun nyatanya belum banyak orang yang paham bagaimana cara tepat merawat dan menyimpan kain ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentunya ada cara khusus untuk menyimpannya, bukan seperti menyimpan pakaian biasa," katanya.
1. Jangan dilipatBerbeda dengan pakaian dan kain lainnya, kain tradisional sebaiknya tidak dilipat. "Melipat kain akan menyebabkan kain jadi rusak. Apalagi kain songket yang menggunakan benang emas, itu akan mudah rusak kalau dilipat," ujar istri mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa ini.
2. Gunakan pipa paralonAgar kain tetap cantik dan indah, kain-kain tradisional ini sebaiknya digulung saja. Okke mengatakan, pipa paralon akan sangat membantu menjaga bentuk dan keindahan kain tradisional.
Kain yang sudah dilebarkan kemudian letakkan pipa paralon di atasnya. Gulung dari ujung ke ujung.
3. Bungkus dengan kertas minyak atau plastikSetelah digulung, bungkus gulungan kain dan paralon menggunakan plastik atau kertas minyak yang besar. "Namun, khusus kain-kain adat, sebelum digulung harus dilapisi dulu dengan kertas minyak. Setelahnya baru dibungkus kertas minyak," katanya menyarankan.
Setelah dibungkus, Okke biasanya selalu memberikan label dengan menggunakan kertas dan tali rafia. "Di situ saya tulis nama kainnya, jadi kalau mau pakai enggak pusing cari-cari," ujarnya.
4. Gunakan mericaAgar kain terbebas dari serangan hama perusak, maka gunakan saja butiran merica. Bungkus merica dalam plastik lalu diberi lubang di beberapa bagian. Ikat di kain atau letakkan di lemari.
(chs/vga)