Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia tidak hanya kaya suku bangsa, tetapi juga seni budaya. Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh desainer Didiet Maulana dalam setiap karya busananya. Didiet merupakan salah satu desainer yang menggunakan kain-kain tradisional Indonesia di setiap rancangannya.
Memulai bisnis sejak empat tahun lalu, Didiet mengembangkan brand-nya yang bernama Ikat Indonesia. Ia lebih banyak membuat produk
ready to wear dan menyasar anak muda.
"
Ready to wear tingkat orang beli akan lebih sering," kata Didiet saat ditemui di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, desain busana yang dibuatnya pun cocok untuk anak muda. Didiet memang sengaja menyasar pasar anak muda agar mereka bisa meneruskan 'wabah' cinta produk lokal pada generasi berikutnya.
"Menjangkau anak muda karena mereka penerus bangsa. Penting memakai produk lokal agar mereka mengetahui seberapa besar bangsanya bisa membuat karya," ujar Didiet.
Perjuangan Didiet pun tak sia-sia. Tidak hanya kepedulian tentang brand-nya yang meningkat, tenun ikat pun kini sudah banyak dipakai orang. "Perkembangannya sangat menarik. Apresiasi tidak hanya ditunjukkan pada decak kagum tapi saat mereka ingin memakai produk kami," tutur Didiet.
Dulu, ketika baru memulai usaha, Didiet mengaku sulit untuk menciptakan pasar karena kain tradisional belum populer untuk dikenakan sehari-hari.
Akhirnya ia pun mencoba membuat seperti pengaruh yang besar untuk anak muda. Ia menggandeng para selebriti untuk mempopulerkan tenun ikatnya. "Waktu itu saya rangkul beberapa artis selebritis yang punya pengaruh besar terhadap masyarakat," cerita Didiet.
Ia pun memanfaatkan artis yang gemar posting di media sosial tentang apa yang sedang mereka pakai. "Dengan ada sosial media, semakin banyak teman dan artis yang senang posting mereka sedang pakai apa. Contohnya Andien yang selalu bangga memakai brand lokal yang ia pakai," tukasnya.
Hasilnya, kain tradisional dan produk-produk lokal karya anak bangsa pun mulai mendapatkan tempatnya sendiri di masyarakat Indonesia.
(mer/mer)