Jakarta, CNN Indonesia -- Kota Portland, Amerika Serikat, akan kehilangan salah satu ikon budaya yang paling dicintai, yaitu karpet bandara. Percaya atau tidak, karpet Bandara Internasional Portland atau yang disebut PDX oleh warganya, mengilhami segala hal, dari puisi sampai rasa bir.
Regu olahraga Timbers Porland dan Portland Trail Blazers merayakan karpet tersebut dengan menjual kaus edisi terbatas. Kaus tersebut memakai corak karpet dengan warna khas dari tim. Beberapa penggemar fanatik bahkan mengukir desain karpet secara permanen ke kulit mereka.
“Ini jelas merupakan pernyataan menawan, banyak warga (Portland) menyukai pola tersebut,” kata petugas komunikasi Port of Portland seperti dilansir dalam laman CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, kisah cinta itu segera berakhir. Bandara akan melepas perlengkapan tetap berusia 27 tahun itu. Sementara warga Portland sedang berduka, semenjak rencana pencopotan karpet diumumkan pengecer produk bertema PDX hampir tidak bisa meletakkan barang mereka di rak.
Jeremy Dunn, penjual kaus kaki berpola PDX melalui toko online-nya The Athletic Community mengatakan, item tersebut sudah menjadi penjualan terlaris sejak awal.
“Saya dan istri terus bercanda mengenai hal itu, saat saya membuat pesanan awal sebanyak 72 pasang kaus kaki, begitu banyak pasang kaus kaki yang tergeletak di sekitar apartemen kami. Tetapi, dalam satu jam pertama kami memasang mereka di Instagram barang tersebut habis terjual,” katanya.
Dukungan media sosialRencana pencopotan karpet itu mengilhami sebuah halaman Facebook, tiga akun Twitter, dan akun Instagram. Semua dijalankan secara pribadi oleh para groupie karpet.
Ceara Chewning, pengelola Facebook Karpet PDX berkata, “Sepertinya di kebanyakan tempat, karpet akan memudar dengan hadirnya latar belakang, tetapi (karpet) ini memiliki pola ceria yang merebut perhatian mata.
“Dia juga jelek, tapi dengan cara yang benar-benar lucu dan menawan, dan tampaknya orang-orang Portland sangat mencintai itu.”
Begitu banyak nostalgia disimpan dari karpet PDX. Namun, Simonds mengatakan, karpet terlambat untuk penggantian.
“Itu sudah berada di lantai selama lebih dari 20 tahun. Seseorang menghitung dan menebak ada sekitar 300 juta orang telah melewatinya.”
Desain karpet baru diciptakan oleh arsitek Hennebery Eddy. Namun desain tersebut tampaknya belum cukup menerima cinta yang sama.
“Menurut saya desain yang lama keren. Semacam gaya klasik 1980-an, dan seperti teman lama yang tidak ingin kita tinggalkan, tetapi rasanya tidak apa-apa jika memiliki teman baru juga,” kata Michelle Vo, pemimpin di perusahaan Hennebery Eddy.
(win/utw)