Jakarta, CNN Indonesia -- Menopause, seperti halnya pubertas, merupakan bagian ritual reproduksi yang menandai akhir kesuburan perempuan dan masa untuk melahirkan. Namun, penelitian menunjukkan, bukan hanya usia yang dapat menentukan kapan menopause terjadi. Paparan bahan kimia dan polutan tertentu juga memainkan peran, termasuk dari produk kecantikan yang sehari-hari dipakai perempuan.
Mereka disebut sebagai pengganggu yang paling komprehensif sampai saat ini. Penelitian yang dipimpin oleh Amber Cooper dari Departemen Obstetri dan Ginekologi di Washington University, St. Louis berkata, paparan bahan kimia dan polutan mendorong menopause terjadi lebih cepat empat tahun.
Dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal
PloS ONE tersebut, Cooper dan timnya mempelajari 31.575 perempuan yang terdaftar dalam Survei Kesehatan dan Gizi Nasional oleh pemerintah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari laman
Time, setiap dua tahun, perempuan disurvei tentang berbagai masalah kesehatan dan gizi. Termasuk apakah mereka mulai menopause.
Di beberapa titik antara 1999 dan 2008, masing-masing peserta menyediakan setidaknya satu darah dan sampel urine. Lewat sampel tersebut, para ilmuwan menganalis berbagai bahan kimia.
Termasuk dioksin yang terkandung dalam pestisida. Juga, phthalates yang ditemukan dalam wewangian, plastik, kosmetik dan hair spray, serta polychlorinated biphenyls.
Perempuan dengan level bahan kimia tertinggi, yakni 111, rata-rata mendapat menopause 1,9 tahun sampai 3,8 tahun lebih awal, dibandingkan dengan yang memiliki level bahan kimia lebih rendah. Mengapa Cooper bisa begitu yakin paparan tersebut merupakan penyebab menopause?
Dia pun melakukan analisis lain, yaitu dengan meneliti perempuan yang mendekati masa menopause antara usia 45 sampai 55. Lagi-lagi asosiasi yang sama ditemukan.
Puncak gunung esMeningkatnya paparan bahan kimia dari waktu ke waktu juga menyebabkan masalah pada fungsi ovarium. Hasil tersebut menunjukkan, ada konsekuensi lain dari bahan-bahan kimia terhadap kesehatan reproduksi.
“Ini menjadi puncak gunung es,” kata Cooper, yang menekankan bahwa hasil tersebut tidak membuktikan secara langsung bahwa paparan kimia menyebabkan menopause dini. Entah bagaimana, keduanya mungkin terhubung, katanya.
“Kita perlu penelitian lebih panjang untuk memahami masing-masing bahan kimia ini.”
Mengurangi paparanDengan mayoritas bahan kimia, tak banyak yang bisa dilakukan perempuan untuk mengurangi eksposur tersebut. Itu karena masing-masing senyawa memiliki setengah kehidupan berbeda atau waktu dimana mereka hidup sebelum akhirnya benar-benar rusak.
Misalnya ketika senyawa kimia berbahaya PCB sudah dilarang di Amerika Serikat sejak 1970-an, umur panjang bahan tersebut membuat orang masih dapat terpapar melalui tanah, udara, air.
Perempuan bisa mengurangi paparan bahan kimia dengan menggunakan produk yang tidak mengandung wewangian sintetis yang mengandung phthalates. Bisa juga dengan memilih produk kecantikan organik yang tidak mengandung residu pestisida, dan bahan kimia lainnya.
Cooper menyarankan, agar masyarakat, perempuan terutama lebih sadar akan potensi paparan bahan kimia. Termasuk plastik dalam kemasan makanan, dan hanya memakai wadah gelas dan kertas saat memakai dengan microwave.
“Tujuan saya tidak untuk menakut-nakuti perempuan, tetapi meningkatkan kesadaran, dan mempromosikan penelitian masa depan,” katanya.
(win/mer)