Gejala Hot Flashes Menopause Bisa Bertahan Hingga 14 Tahun

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 24 Feb 2015 10:10 WIB
Apakah emosional dan stres tinggi bisa mendukung timbulnya hot flashes atau malah hot flashes yang menyebabkan hal ini terjadi?
Ilustrasi. (Thinkstock/DragonImages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak ada wanita yang berharap untuk menopause, apalagi jika disertai hot flashes. Hot flsshes merupakan rasa panas di dalam tubuh, bahkan hingga menyebabkan keluarnya keringat, yang umumnya dirasakan oleh wanita  di masa perimenopause atau setelah memasuki masa menopause. Gejala ini juga diikuti dengan jantung yang berdebar. Sensasi panasnya biasanya berawal dari dalam dada, wajah atau leher, dan kemudian menjalar ke seluruh tubuh.

Sayangnya, sebuah studi yang baru diterbitkan dalam JAMA Internal Medicine menemukan bahwa hot flashes bisa bersarang di tubuh beberapa perempuan selama 14 tahun. Bahkan, penelitian pun menemukan, semakin cepat hot flashes ini diderita oleh perempuan, semakin lama ini akan menyiksanya. Penelitian ini dilakukan pada 1.449 perempuan dari berbagai etnis, ras, dan geografis selama 17 tahun lamanya.

"Jika Anda tidak memiliki hot flashes sampai sudah berhenti haid, maka Anda tidak akan pernah merasakannya," kata salah satu penulis penelitian, Nancy Avis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa perempuan Afrika-Amerika memiliki gejala hot flashes terlama dengan jangka waktu rata-rata 10,1 tahun. Waktu ini dua kali lipat lebih lama dibandingkan dengan perempuan Asia. Sementara itu, perempuan Hispanik memiliki rentang waktu menderita hot flashes rata-rata selama 8,9 tahun, sedangkan untuk kulit putih non-hispanik terjangkit hot flashes dalam kurun waktu rata-rata 6,5 tahun.

Jumlah waktu yang berbeda-beda ini, menurut Avis, disebabkan oleh perbedaan gen dan cara diet yang pernah dilakukan. Mereka yang memiliki waktu hot flashes lebih lama cenderung berasal dari orang yang memiliki pendidikan rendah, sering stres, dan lebih sering mengalami depresi dan kecemasan.

Namun, masalah stres atau emosional berlebih itu pun belum jelas hubungannya dengan hot flashes. Apakah emosional dan stres tinggi bisa mendukung timbulnya hot flashes atau malah hot flashes yang menyebabkan hal ini terjadi.

Meski tampaknya menakutkan, hot flashes ini bisa diatasi. Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya.

Seorang perempuan yang sedang mangalami masa perimenopause (masa menjelang menopause) bisa mengonsumsi pil KB dosis rendah atau bahkan antidepresan tertentu untuk mengurangi rasa panas yang ditimbulkan oleh hot flashes. National Institute on Aging juga memberikan sebuah cara alternatif, seperti tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman dingin ketika hot flashes datang tiba-tiba, dan tidak menggunakan pakaian berlapis-lapis.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER