Jakarta, CNN Indonesia -- Tujuan utama membina rumah tangga adalah mewujudkan keluarga yang harmonis. Berbicara soal itu, menjaga komunikasi antara ayah, ibu, dan anak merupakan salah satu kunci terpenting.
Hal tersebut disampaikan oleh Ambar Rahayu, Plt. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Menurut Ambar, komunikasi yang berkualitas adalah sarana mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
Ambar menyebutkan, sayangnya ada orang tua yang justru menerapkan gaya-gaya komunikasi yang menghalangi kebersamaan antara orang tua dan anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya orang tua itu membandingkan, antara anaknya dengan anak tetangga. Lalu, menghakimi. Ada 12 gaya yang menghalangi komunikasi dengan anak," kata Ambar ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (10/3).
Ambar memaparkan 12 gaya yang populer dilakukan orang tua namun ternyata menjadi penghalang komunikasi, sebagai berikut.
1. MemerintahKetika memerintah, tujuan orang tua biasanya untuk mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat. Sayangnya, menangkap pesan yang berbeda yakni harus patuh dan tidak punya pilihan.
2. MenyalahkanWajar bagi anak melakukan kesalahan. Adapun, sudah menjadi orang tua untuk memberitahu anak tentang kesalahannya. Meski demikian, gaya orang tua seringkali cenderung menyalahkan sehingga anak merasa tidak pernah berbuat baik.
3. MeremehkanOrang tua perlu berhati-hati saat menunjukkan ketidakmampuan anak. Gaya yang cenderung meremehkan justru dapat membuat anak merasa tidak berharga.
4. Membandingkan'Lihat itu anak tetangga pintar!' Tak jarang orang tua memotivasi anak dengan cara memberikan contoh. Namun sayangnya, gaya membandingkan kerap dianggap anak sebagai tanda bahwa dia tidak disayang atau orang tua pilih kasih.
5. MengecapMemberitahu kekurangan anak dengan maksud agar anak berubah perlu dilakukan dengan hati-hati. Sebab, jika disampaikan dengan gaya memberi cap atau label pada anak, mereka justru akan menganggap dirinya seperti itu.
6. MengancamSewaktu orang tua menerapkan gaya mengancam agar anak patuh atau menuruti kata-katanya, hal sebaliknya justru mungkin terjadi. Anak dapat merasa cemas atau takut.
7. MenasihatiOrang tua menasihati anaknya dengan tujuan agar anak mengetahui mana yang baik dan buruk. Akan tetapi, pesan yang sering ditangkap anak dari gaya tersebut adalah orang tua sok tahu, bawel, dan membosankan.
8. MembohongiTerkadang orang tua membohongi anak agar urusan jadi lebih mudah. Hal tersebut tidak disarankan karena anak justru akan menganggap orang tua atau orang dewasa tidak dapat dipercaya.
9. MenghiburTujuan orang tua saat menghibur adalah menghilangkan kesedihan atau kekecewaan sehingga anak tidak berlarut. Gaya komunikasi ini perlu diterapkan secara efektif agar anak tidak salah menangkap pesan yaitu lari dari masalah.
10. MengkritikKritik mungkin dimaksudkan orang tua agar anak meningkatkan kemampuan diri atau memperbaiki kesalahannya. Hal ini perlu disampaikan dengan baik agar anak tidak melulu merasa kurang atau bersalah.
11. MenyindirSindiran dari orang tua justru dapat menyakiti hati anak. Padahal, bisa jadi orang tua ingin memotivasi atau mengingatkan anak.
12. MenganalisisKetika anak berbuat kesalahan, orang tua sering mencari penyebab kesalahan dan berupaya mencegah agar hal serupa tidak terjadi di kemudian hari. Namun nyatanya, seringkali anak menganggap orang tua yang menganalisis kesalahan anak sebagai orang yang sok pintar.
"Pengasuhan anak yang baik memang tidak ada formulanya yang saklek, ini bisa bervariasi. Idealnya, keluarga menentukan sendiri bagaimana pembinaan yang tepat," tutur Ambar.
Ia melanjutkan, "Yang terpenting adalah harus ada waktu yang diluangkan untuk membentuk ikatan antara ayah, ibu, dan anak. Sesibuk apapun, setiap keluarga diharapkan punya waktu untuk duduk bersama."
Ambar juga menyarankan agar orang tua aktif mencari informasi tentang cara pembinaan keluarga di lingkungan sekitar.
(mer/mer)