Jakarta, CNN Indonesia -- Restu Anggraini patut berbangga. Usahanya memperkenalkan busana muslim Indonesia ke mancanegara makin terbuka lebar. Tanggal 17 Maret 2015 mendatang, ia akan berangkat ke Tokyo untuk menunjukkan desain busana muslimnya kepada masyarakat Jepang, khususnya Tokyo.
Keterlibatannya di panggung mancanegara ini dimulai karena keikutsertaannya di ajang Jakarta Fashion Week (JFW) tahun lalu. "Koleksi yang saya buat waktu itu rupanya dilihat oleh penyelenggara TFW tahun ini dan mereka tertarik," kata Restu Anggarini kepada CNN Indonesia (12/3). "Setelah lulus seleksi, kemudian diundang oleh Japan Fashion Week Foundation."
Seperti apa koleksi yang akan ditampilkannya di Tokyo?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Restu Anggraini patut berbangga. Usahanya memperkenalkan busana muslim Indonesia ke mancanegara makin terbuka lebar. Tanggal 17 Maret 2015 mendatang, ia akan berangkat ke Tokyo untuk menunjukkan desain busana muslimnya kepada masyarakat Jepang, khususnya Tokyo.
"Semua persiapan singkat, cuma satu setengah bulan, itu mulai dari pencarian motif rajut hingga pakaian jadi," ujar Restu kepada CNN Indonesia di kawasan Sudirman, Kamis (12/3). "Berdarah-darahlah pokoknya," tambahnya lalu tertawa. Wanita mungil berhijab ini akan menampilkan sepuluh koleksi yang berbeda dari desain sebelumnya.
"Saya ingin bawa ciri khas Indonesia yaitu anyaman Jepara," katanya.
"Dengan adanya anyaman yang biasanya ada pada furnitur Indonesia, saya juga menjual proses serta kekhasan Indonesia," ujar Restu yang juga mengakui inspirasi pakaiannya berasal dari mens wear. Di Negeri Sakura ini, ia mengusung tema Femme de la Creme yang berarti 'wanita sukses di puncak posisi'. Semua koleksi ETU mengedepankan pakaian muslimah yang menjaga syariah dengan tidak menunjukkan lekuk tubuh. Agar sesuai dengan ditambah dengan sentuhan moderen dan boxy, dan tentunya dengan anyaman.
Selain itu, Restu menggunakan cutting dan paneling atau penggunaan garmen yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk guna menghasilkan siluet yang lebih unik dan edgy serta ulit ketimbang koleksi sebelumnya. Saat menciptakan koleksi barunya, ia tak memungkiri adanya berbagai kesulitan yang menghadang. Ia mengaku, kesulitannya muncul karena ia menerapkan sistem trial and error dalam menentukan teknik anyaman apa yang akan digunakan.
Terhitung ada empat teknik anyaman yang ia ciptakan sendiri, namun pada akhirnya dari empat contoh tersebut ibu satu anak ini menetapkan pilihan di anyaman ketiga yang memiliki ukuran benang lebih besar dan formula sulaman 3 x 1.
Pakaian yang disajikan ETU masih menggunakan warna andalannya, yaitu putih dan nude, guna menghasilkan kesan clean and simple. Ia mengatakan, di koleksinya kali ini, desainnya lebih matang. "Saya memang sedikit terinspirasi dengan fesyen Jepang yang oversize dan layering, jadi mungkin itu yang membuat saya diundang ke Tokyo, tapi saya tetap menerapkan unsur Indonesia di dalam pakaian saya,"
Wanita yang kini sudah mendapatkan tawaran kerjasama dengan desainer Turki selepas TFW tersebut berharap karyanya dapat digunakan oleh masyarakat muslim asing yang memang membutuhkan fesyen muslim simple dan chic.