Jakarta, CNN Indonesia -- Rasanya setiap hal yang diciptakan manusia suatu saat akan menjadi senjata makan tuan. Apalagi jika tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Contohnya saja internet. Awalnya internet diciptakan dengan dasar memudahkan berbagi informasi jarak jauh. Tapi kini, semakin berkembangnya teknologi, internet pun mulai disalahgunakan.
Salah satu yang paling sering terjadi, internet digunakan untuk menyebarluaskan konten pornografi. Pertumbuhan situs pornografi yang ada di internet pun tidak main-main.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2014, ada sekitar 700 situs pornografi yang diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika. Meski banyak yang diblokir, pertumbuhannya pun tak henti sampai saat ini.
Dengan banyaknya situs pornografi dan kemudahan akses informasi melalui internet, hal ini bisa mengancam pertumbuhan anak. Bahkan menurut Elizabeth Santosa, situs porno lama-kelamaan akan menghampiri anak Anda, tanpa diminta sekalipun.
Menurut Elizabeth, bahaya ekspos pornografi pada anak di usia dini akan sangat mengerikan karena mereka sedang dalam proses perkembangan. "Kalau diekspos di usia sangat dini, bahayanya menimbulkan adiksi. Ini yang sering tidak dipahami," kata Elizabeth dalam peluncuran bukunya berjudul Raising Children In Digital Era di kawasan Matraman, Jakarta Pusat, Rabu (25/3).
Lebih jauh lagi, Elizabeth menjelaskan, anak di bawah usia 10 tahun yang terekspos pornografi dapat mengganggu perkembangan emosi dan seksualitasnya. Anak akan sulit melupakan gambaran dan sensasi yang mereka rasakan saat melihat konten pornografi. Semuanya akan terekam permanen dalam otak mereka.
"Ketika anak terekspos akan timbul ransangan dan sensasi seksual secara fisiologis," ujar Elizabeth. Sensasi itulah yang direkam permanen di otak oleh hormon epinephrine. Akibatnya anak yang sudah melihat video atau foto yang mengandung konten porno berpotensi untuk mengingat kembali adegan fantasi seksual itu.
Sensasi yang diterima otak, membuat otak mengirimkan sebuah sinyal yang memengaruhi pengambilan keputusan manusia. Ketika anak mengingat sensasi fisiologis saat menyaksikan konten porno, otaknya akan merangsangnya untuk melakukan hal yang sama, memenuhi hasratnya. Hasilnya, anak kecanduan.
Elizabeth menyampaikan hal ini serupa dengan orang yang kecanduan narkoba atau judi. "Banyak orang tidak tahu kalau struktur kecanduan pornografi serupa dengan narkoba, judi, dan kecanduan yang lain. Strukturnya sama," kata Elizabet.
Sensasi mengonsumsi narkoba yang membawa kesenangan sesaat pun direkam oleh otak. Sehingga jika orang merindukan sensasi serupa, otak akan mendorongnya untuk mengonsumsi narkoba lagi.
(mer/mer)