Video Game Meningkatkan Potensi Terserang Alzheimer

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 20 Mei 2015 16:01 WIB
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berkurangnya volume hipokampus berhubungan dengan penyakit neurologis dan psikologis seperti dementia dan depresi.
Ilustrasi anak bermain games. (CNN Indonesia/ Yohannie Linggasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak orang tua memarahi anaknya yang terlalu sering berkutat dengan permainan video canggih karena mengganggu waktu belajar. Namun, penelitian dari University of Montreal menunjukkan bahwa sering bermain video game, khususnya action, dapat meningkatkan risiko terserang Alzheimer dan penyakit mental lainnya.

Seperti dilansir The Telegraph, para peneliti mengungkapkan bahwa para pemain video game tersebut menggunakan bagian kunci dari otak yang disebut nukleus kaudatus untuk menavigasi. Hal ini memicu berkurangnya materi abu-abu dalam hipokampus.

Hipokampus adalah bagian otak yang mengontrol ingatan, proses pembelajaran, dan emosi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berkurangnya volume hipokampus berhubungan dengan penyakit neurologis dan psikologis seperti dementia dan depresi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika hasil temuan University of Montreal ini diselaraskan dengan penelitian sebelumnya, maka masalah besar akan terjadi. Jika para penggemar permainan video ini memiliki materi abu-abu lebih sedikit dibandingkan orang normal, mereka akan lebih rentan terhadap penyakit mental.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan mengambil sampel 26 orang penggemar video game dan 33 anak lain yang tidak menyukainya. Mereka memakai topi tengkorak yang merekam gelombang otak dan gerakan mata saat disuruh memperhatikan deretan pohon virtual.

Para penggemar video game menggunakan 86 persen nukleus kaudatus saat menavigasikan rangkaian gambar virtual tersebut. Sedangkan kelompok yang tak gemar  berkutat dengan permainan video hanya menggunakan 42 persen nukleus kaudatus.

"Ini berarti orang yang banyak bermain video game action dapat menurunkan integritas hipokampus yang berhubungan dengan bertambahnya risiko kerusakan neurologis seperti penyakit Alzheimer," ujar salah satu dokter dari University of Montreal, Gregory West.

Namun, para peneliti mengatakan bahwa harus ada pemindaian otak untuk hasil lebih lanjut. Pemindaian juga dibutuhkan untuk meneliti video game aksi tertentu yang mengakibatkan risiko lebih tinggi.

Para peneliti membeberkan bahwa kini orang di seluruh dunia menghabiskan waktu tiga miliar jam sepekan untuk bermain video game. Menurut perkiraan, anak-anak akan menghabiskan waktu hingga 10 ribu jam untuk bermain video game saat berumur 21 tahun.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER