Jakarta, CNN Indonesia -- Apakah Anda seorang perokok yang mencoba berhenti namun sangat susah untuk menghadapinya? Pernahkah melihat perokok lain yang dengan mudahnya berhenti sesuka hati?
Ternyata, menurut dokter spesialis paru yang juga Kepala Klinik Berhenti Merokok, Feni Fitriani, ada faktor genetik yang menyebabkan seseorang menjadi ketagihan untuk terus mengisap rokok.
"Ada teori yang berkembang bahwa terdapat gen adiksi untuk merokok," kata Feni kepada CNN Indonesia. "Namun belum diteliti jauh, apakah gen tersebut dibawa secara keturunan ataukah tidak.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan dan diketahui oleh Feni, dalam diri para perokok dengan tingkat adiksi yang tinggi terhadap rokok, memiliki jenis gen yang sama. Namun gen-gen tersebut tidak ditemukan dalam diri perokok yang dengan mudah berhenti merokok, atau tingkat adiksi rendah.
Gen unik tersebut berbeda dengan gen yang menyebabkan kanker karena pengaruh merokok. Pada gen kanker, gen normal mengalami mutasi akibat terpapar zat karsinogenik dari asap rokok yang masuk ke dalam tubuh dan diserap oleh darah.
Namun, meski terjadi karena merokok, bukan berarti bahwa kanker tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan riwayat keluarga. Menurut hasil penelitian kecil yang dilakukan RS Persahabatan, sebanyak delapan persen dari populasi penderita kanker paru akibat merokok memiliki riwayat keluarga yang juga merokok.
"Namun hasil penelitian kecil tersebut belum menjadi kesimpulan umum," kata Feni.
Rokok kini telah hadir dalam berbagai jenis bentuk, kandungan, bahkan rasa yang beragam. Namun dokter yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut menegaskan bahwa perbedaan tersebut tidak mengurangi tingkat bahaya dari rokok.
"Semua rokok prinsipnya tetap berbahaya, meski dikatakan rendah nikotin dan tar, tapi zat beracun yang lain sama saja," kata Feni.
Kandungan nikotin dan tar tidak mungkin dihilangkan dari rokok meski keduanya dapat diatur jumlah konsentrasinya. Namun jika salah satu zat tersebut dikurangi pasti akan menambah kandungan zat yang lain. Nikotin adalah zat yang sanggup memunculkan adiksi, sedangkan tar adalah zat dengan kandungan racun yang tinggi sehingga bersifat karsinogenik terhadap tubuh.
"Resiko yang muncul sejalan dengan jumlah konsumsi. Banyak yang tidak tahu adiksi nikotin, banyak yang menganggap merokok seperti makan permen, padahal tidak dapat lepas darinya."
(end/utw)