Jakarta, CNN Indonesia -- Desa dan kebersamaan menjadi suatu hal identik yang tak terpisah satu sama lain. Setidaknya, begitu yang kerap terpikir pertama kali di benak warga ibu kota.
Hiruk-pikuk kesibukan Jakarta yang terus terjaga, tak memberikan banyak kebersamaan dan kehangatan alami yang ditawarkan di desa-desa.
Desa Namang, salah satu desa yang berlokasi di Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung misalnya, mampu memberikan rasa kebersamaan dan kehangatan yang khas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berjarak 21 kilometer dari Bandar Udara Depati Amir Pangkalpinang, Desa Namang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat selama 20 menit. Di desa ini, masyarakat setempat begitu akrab dan memiliki satu tradisi khas simbol kebersamaan mereka.
Sepintu Sedulang, begitu masyarakat di sana menyebutnya. Sebutan
Dulang di sini merujuk ke dalam artian 'bersama-sama'. Sebuah istilah yang kerap digunakan pada hari raya atau hari peringatan besar lainnya ketika warga melakukan makan bersama.
"Biasanya saat hari raya Maulid Nabi, atau acara duka cita. Kami ramai-ramai ke Balai Desa dan berdulang," ujar Kepala Desa Namang, Zaiwan.
"Mereka membawa makanan yang mereka miliki di rumah dan membawanya ke Balai, satu kepala keluarga biasanya membawa satu jenis makanan," lanjutnya.
Makanan-makanan tersebut mereka bawa dengan menggunakan sebuah nampan lengkap dengan tudung saji. Tradisi ini kemudian ditarik menjadi sebuah pesona khas Bangka.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Bangka dan ingin merasakan kehangatan warganya, bisa mencoba tradisi
Sepintu Sedulang.
Bermodalkan pundok --istilah pondok bagi warga Desa Namang-- yang terletak di tengah sawah padi darat di kawasan Hutan Pelawan, Ibu Yusini mencoba menyuguhkan beragam makanan khas Bangka kepada wisatawan yang datang.
Sudah tiga tahun menjadi pengelola pundok, perempuan berusia 50 tahun ini mengaku banyak wisatawan yang datang dan makan siang di sini. Mayoritas mereka tertarik mencoba mencicipi makanan khas Bangka dengan tradisinya.
Akan tetapi jangan sendirian bila ingin makan di sini, kata Ibu Yusini. Minimal berempat dan uang senilai Rp300 ribu, beragam masakan andalan Bangka bisa Anda nikmati bersama keluarga atau kerabat.
 Salah satu pondok di Pundok Pelawan yang menjadi destinasi kuliner di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung. (CNN Indonesia/ Ranny Virginia Utami) |
Beragam masakan Bangka yang tersedia di Pundok Pelawan ada bermacam-macam. Seperti misalnya, Tumis Kucai Pari, yaitu perpaduan tumis daun kucai dan ikan pari yang telah diasap kering hingga tak berbau anyir.
Kemudian, ada juga Tumis Rebung yang disajikan bersama dengan mie telur goreng dan potongan rebung tipis-tipis sehingga terasa gurih dan lembut.
Selain itu, ada Ikan Kerisi Bakar yang disajikan dengan saus kecap, Ikan Jebung Bakar, Lempah Kuning Ikan Kakap dan Tumis Keladi. Semua disuguhkan bersama dengan nasi beras merah.
Dan satu lagi yang menjadi andalan dan tidak boleh terlewatkan, yaitu Lempah Kulat Pelawan.
Masakan ini dibuat dari potongan Jamur Pelawan yang dimasak bersama dengan campuran bumbu ulek cabai merah, bawang merah, bawang putih, gula, garam dan santan sehingga menghasilkan lempah seperti kuah kare yang sedikit kental dan pedas. Sangat cocok bagi para pecinta masakan jamur dan pedas.
Soal minuman, Pundok Pelawan juga memiliki menu andalan yaitu Jus Madu. Jus ini tidak dibuat melalui mesin blender selayaknya jus pada umumnya, tetapi lebih seperti pembuatan sirup. Dan yang menjadi sirup di sini adalah madu yang dihasilkan langsung dari sari bunga pohon Pelawan.
Mengingat Pundok Pelawan berlokasi di sekitar Hutan Pelawan, tak ada salahnya untuk berjalan-jalan sebentar ke sana. Jarak tempuh dari pundok menuju hutan tak kurang dari sepuluh menit dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat.
 Hidangan menu paket dulang di Pundok Pelawan di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung. (CNN Indonesia/ Ranny Virginia Utami) |
(win/win)