Kisah Pengguna KRL, Copet, Penumpang Gelap, Hingga Berfoto

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 29 Sep 2015 11:24 WIB
Rupa-rupa pengalaman pengguna KRL di Jabodetabek. Mulai yang lucu, ngeri hingga membahagiakan.
Sejumlah penumpang dibantu anggota pramuka menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di dalam commuter saat kereta berjalan dari Bogor menuju Cillebut, Jawa Barat, Senin, 17 Agustus 2015. Upacara singkat ini bertepatan dengan detik-detik proklamasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Erika Kurnia menjadi salah satu pengguna KRL dan menjadi saksi perubahan besar moda transportasi berbasis rel itu. Dari masa KRL masih 'menakutkan' hingga kini menjadi 'incaran' banyak orang, Erika masih setia sebagai pengguna KRL.

"Dulu saya dulu sering naik gerbong yang lampunya rusak. Jadi keretanya gelap. Pernah juga mau dicopet," kata Erika kepada CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.

Erika nyaris menjadi korban kecopetan saat sore hari menumpangi kereta dari menuju Depok. Padahal saat itu kereta sedang tidak dalam keadaan penuh, tapi Erika merasa ada orang yang selalu memepetnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat beberapa belas menit naik kereta, saya merasa ada orang disebelah saya yang nempel terus. Mungkin karena saya berdiri di dekat pintu. Tapi orang itu nempel terus padahal masih bisa geser," ujar warga Depok itu.

Tidak lama orang yang menempel Erika itu pun turun dari kereta. Setelah itu, Erika dihampiri seorang bapak-bapak. Ia mengatakan kalau Erika nyaris dicopet. "Dia bilang dia polisi yg tau gelagat copet seperti apa," ujarnya.

Kendati hampir menjadi korban kejahatan di atas kereta, hingga kini ia tidak kapok naik moda transportasi itu. Sebab, menurut dia, KRL masih lebih terjamin keamanannya dibandingkan transportasi lainnya, seperti kopaja.

Tidak hanya pengalaman buruk, pengalaman unik pun pernah dialami perempuan 23 tahun itu. Saking tidak terkendalinya suasana kereta dan stasiun, Erika sempat menjadi penumpang gelap. Ia mengaku pernah naik kereta tanpa mempunyai tiket.

"Dulu banyak penumpang yang tidak beli tiket karena bisa masuk dari pintu-pintu tikus di stasiun. Saya juga dulu sempat berapa lama tidak beli tiket karena tidak ada petugas yang mengecek tiket," ujarnya sambil tertawa.

Terlanjur 'nyaman' dengan kondisi tersebut, Erika mengaku kesal ketika PT Kereta Api Indonesia melakukan perubahan besar-besaran pada kereta dan stasiun.

Yang paling membuatnya tidak nyaman adalah ketika kios-kios pedagang dibongkar demi menertibkan stasiun. Kata dia saat itu penjual dan mahasiswa sempat demo di Stasiun Pondok Cina.

Namun, lama kelamaan Erika merasa perubahan yang dilakukan luar biasa. Kondisi stasiun dan kereta sudah lebih aman dan nyaman, sistem layananannya pun semakin baik.

"Sekarang kalau naik KRL sekarang nyaman karena saya tidak perlu takut copet atau mencurigai orang aneh. Sejak perubahan besar-besaran itu juga penumpangnya jadi lebih taat," kata Erika.

Transportasi murah anti macet

Setiap jam tujuh pagi, Rizaldy Yusuf yang bedomisili di Tangerang selalu memulai rutinitasnya di stasiun kereta. Ia bersama dengan ratusan penumpang lainnya bejubelan untuk mengadu nasib di Jakarta.

Berbeda dengan Erika yang sudah lima tahun menjadi pelanggan tetap KRL, Rizaldy merupakan penggemar baru. Sejak bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta awal tahun 2015, ia menjadi langganan kereta listrik itu.

Baginya, KRL bukan sekadar alat transportasi belaka. Katanya, KRL adalah transportasi yang seru.

"KRL moda transportasi yang seru. Suasananya bagus buat difoto. Lampunya juga terang di dalam, jadi walaupun berdiri, bisa sambil baca," kata Rizaldy kepada CNN Indonesia, Minggu (27/9).

Selain itu, ia mengaku lebih memilih menggunakan KRL dibandingkan transportasi lainnya karena lebih murah dan cepat. Tempat kerjanya pun lebih mudah dijangkau dengan KRL daripada bus atau tansportasi lainnya.

Sejak dulu Rizaldy memang pengguna transportasi umum. Ia jarang menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitasnya sehari-hari.

Sebelum mengenal KRL ia selalu berkutat dengan kemacetan kota Jakarta. Tapi begitu terbiasa naik KRL ia tidak lagi harus berurusan dengan masalah terumit di ibukota itu. Hal ini pula yang mendasarinya beralih ke angkutan massal KRL.

Kendati banyak mendapatkan manfaat naik KRL, Rizaldy masih juga merasakan kekurangan dari transportasi itu. Keterlambatan kereta yang menjadi masalah utamanya.

"Sebetulnya yang paling nyebelin sih kalo gangguan (sinyal) tapi kan tidak bisa terhindari," jawabnya pasrah. Belum lagi menunggu antrean kereta yang akan masuk ke stasiun. Itu juga menjengkelkan.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER