Cikarang, CNN Indonesia -- Busa-busa yang dihasilkan dari sabun, sampo, atau produk kecantikan lainnya ternyata tidak hanya berupa air kotor yang penuh dengan buih saja.
Limbah produk kecantikan itu ternyata bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif yang digunakan di pabrik semen.
Environmental Manager Loreal Manufacturing Indonesia Dian Ayu Nugraha menjelaskan limbah pabrik yang berasal dari pencucian sisa produksi produk mereka yang mencakup perawatan kulit dan rambut bentuk akhirnya berupa lumpur dan air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya mereka olah sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan kembali nantinya.
"Bahan-bahan bekas produksi saat mencuci tangki itu terbawa. Cairan itu kalau misalnya dikasih bahan kimia tertentu seperti kopi, terpisah antara ampasnya dan airnya. Si ampasnya itu yang akan kami olah," kata Dian saat menemani rombongan media ke tempat pengolahan limbah Loreal Manufactoring Indonesia di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (30/9).
Limbah yang disebut Dian seperti ampas kopi itulah yang berbentuk lumpur. Awalnya ketika baru terpisah dari air, lumpur tersebut masih encer dan mengandung 80 persen cairan.
Cairan lumpur itu kemudian dikeringkan di sebuah rumah kaca. Tujuannya agar limbah lumpur itu bisa siap oleh pabrik semen untuk melakukan pembakaran.
Pengeringan lumpur di rumah kaca itu sebenarnya sangat sederhana, hanya mengandalkan sinar matahari saja. Namun, untuk mempercepat proses pengeringan, mereka menggunakan bantuan dari robot dari Jerman.
"Kalau menggunakan orang tidak ergonomis dan bertentangan dengan safety kami, makanya kami menggunakan full automaticlly menggunakan robot yang menggunakan sensor itu. Dia kerjanya membolak-balik lumpur," ujar Dian.
Setelah benar-benar kering, lumpur itu bisa digunakan menjadi bahan bakar alternatif.
Bahkan lumpur hasil limbah produksi perawatan kulit dan rambut itu tergolong bahan bakar yang bisa diperbarui dan bisa menggantikan bahan bakar fosil.
Dalam satu kali kirim, Loreal Manufacturing Indonesia bisa menghasilkan 25 ton lumpur yang akan dikirimkan ke pabrik semen setiap tiga bulan sekali.
Cara ini pun efektif untuk mengurangi limbah di pabrik tersebut yang cukup signifikan.
Environment, Health, and Safety Manager L'Oreal Manufactoring Indonesia Ari Cahyo Saputro mengatakan, tahun 2013 jumlah limbah lumpur yang dihasilkan pabriknya mencapai 600 ton satu tahun. Tapi tahun 2014 sampai tahun 2015 jumlahnya menurun.
"Tahun 2014 menurunnya sedikit karena kita baru mulai, ada 500 ton limbah. Tapi tahun 2015, kami mengeluarkan limbah lumpur 25 ton per tiga bulan," ujar Ari.
Sementara itu, untuk limbah air saat ini mereka sedang mempersiapkan teknologi untuk memperbaruinya lagi. Sehingga nantinya air limbah itu bisa digunakan lagi untuk keperluan lainnya di pabrik.
Diperkirakan akhir tahun ini mereka sudah bisa menerapkan teknologi tersebut agar jumlah limbah yang dibuang semakin berkurang.
(utw/utw)