Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun tinggal dalam persembunyian dan diteror rasa takut, Kholoud Waleed, seorang jurnalis dari Suriah masih bisa melaporkan penderitaan dan kekejaman yang diderita orang-orang sebangsanya dalam perang sipil yang tak kunjung berakhir.
Perempuan 31 tahun, yang menjadi target baik oleh pemerintah maupun pasukan militan, mendirikan sebuah koran bawah tanah pada 2012 dengan sekelompok teman-teman perempuannya. Mereka melaporkan peristiwa yang terjadi di Suriah.
Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (7/10), dia dianugerahi penghargaan tahunan Anna Politkovskaya
Reach All Women in WAR (RAW in WAR). Lewat karyanya tersebut, Waleed menjaga penduduk Suriah mendapatkan informasi tentang perang dan bicara lantang menentang kekerasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Media di Suriah selalu menyampaikan hal yang sama. Bahwa tidak ada konflik, tidak ada demontrasi, tidak ada penembakan, tidak ada pemboman, tidak ada,” kata Waleed (yang merupakan nama samarannya), dalam sebuah wawancara dengan Thomson Reuters Foundation.
“Pesan dari rezim yang berkuasa adalah matahari terus bersinar, burung-burung terus bernyanyi, tidak ada, tidak ada yang terjadi di Suriah,” ujarnya.
Kelompok Waleed memakai koran bawah tanah mereka, Enab Baladi, yang artinya Anggur Negara Saya, untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional tentang apa yang terjadi di Suriah, serta kejahatan yang dilakukan di negeri di Timur Tengah tersebut.
Sekarang, Waleed tinggal dalam persembunyian. Beberapa rekannya ditahan dan diinterogasi oleh pasukan pemerintah. “Kami kehilangan banyak teman,” katanya. Sudah tiga kawan seperjuangannya yang tewas, tiga lagi mendekam di tahanan, lainnya sudah dibebaskan dari tahanan, kata Waleed.
“Ini adalah tanggung jawab kita untuk memberitahu orang-orang kami, dan memberitahu dunia, bahwa ada orang-orang yang bercita-cita untuk kebebasan tetapi mereka dihadapkan oleh segala macam kejahatan.”
Meski bahaya, dia bertekad terus mendokumentasikan kekejaman yang dilakukan oleh semua pihak, juga cerita-cerita dari warga sipil yang hidup dengan realitas perang dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau kita berhenti, maka tidak ada yang akan peduli dengan cerita kecil, tentang orang-orang luar biasa yang bertahan dalam kecamuk perang.”
Dia ingin merekam ceria sebanyak yang dia bisa. Dia ingin generasi mendatang dapat membaca peristiwa yang terjadi selama tahun-tahun peperangan.
Penghargaan ini menandai sembilan tahun peristiwa pembunuhan Anna Politkovskaya, seorang reporter investigasi Rusia yang membongkar korupsi negara dan pelanggaran hak, khususnya di Chechnya.
Anna ditembak mati di lobi apartemennya di Moskow pada 7 Oktober 2006. Usianya kala itu adalah 48 tahun. Elena Kudimova, adik Politkovskaya yang juga anggota komite
RAW in War mengatakan, “Perempuan pemberani ini melakukan pekerjaan berbahaya yang sama seperti yang dilakukan oleh Anna.”
RAW in WAR adalah organisasi non-pemerintah yang mendukung perempuan pembela HAM, serta perempuan korban perang dan konflik, di seluruh dunia.
(win/utw)