karya kontemporer ICAD 2015 di Grandkemang Hotel hingga 30 November 2015, mereka adalah: Mella Jaarsma; Diana Nazir; Bagus Pandega, Randy NIDJI; Alain Goenawan; Dolorosa Sinaga; Triawan Munaf; dan Lampu Runa. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk keenam kalinya, Indonesian Contemporary Art and Design atau ICAD diselenggarakan. Dengan mengambil tema Vertical Horizon, 30 seniman menggambarkan refleksi kehidupan duniawi dan surgawi melalui berbagai instalasi di Grandkemang Hotel, Jakarta.
"Tema kali ini menggambarkan dua jenis hubungan, yaitu Habluminallah atau hubungan dengan Maha Pencipta dan Habluminannas atau hubungan dengan sesama," kata Hafiz Rancajale, Kurator Vertical Horizon ketika ditemui di Grandkemang Hotel, Jakarta, baru-baru ini.
Hubungan secara vertikal bukan hanya simbol komunikasi dengan Sang Pencipta, namun juga hubungan yang memiliki susunan struktural. Sedangkan hubungan secara horisontal menggambarkan bukan hanya dengan manusia namun dengan lingkungan sekitar.Tema ini diwujudkan para seniman melalui berbagai instalasi baik berupa gambar, patung, hingga berbentuk multimedia seperti video.
Tema yang lebih umum ketimbang tahun lalu rupanya membangkitkan gairah para seniman dalam berkarya."Tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu karena kemarin temanya terlalu filosofis dan spesifik, kalau yang saat ini lebih jelas dan membuat para seniman lebih percaya diri," kata Hafiz.
Seniman yang ikut tergabung dalam ICAD kali ini tergolong beragam mulai dari desainer, arsitek, musisi, hingga fotografer. Beberapa nama yang terkenal adalah Mella Jaarsama, Savira Lavinia, hingga Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.Karya-karya para seniman dapat dinikmati tersebar di sepanjang lantai dasar Grandkemang Hotel.
Dimulai dari lobi pintu masuk, lobi utama, hingga di bagian plaza hotel di kawasan pelancong itu.Seperti karya Dolorosa Sinaga yang menyambut para tamu di dekat pintu masuk hotel. Dolorosa memasang tiga gambar sosok yang seolah tengah menari. Ia mempersembahkan karyanya untuk mengenang Irvan A Noe'man, seniman kontemporer Indonesia. Mella Jaarsma memasang instalasi kain yang menggambarkan siklus kehidupan, yaitu hidup yang disimbolkan secara vertikal dan mati yang diwujudkan dalam bentuk berbaring atau horisontal. Bila berada di lobi hotel, maka akan ada instalasi berjudul the Last Room (Availability) yang merupakan gabungan karya Diana Nazir, Bagus Pandega, Randy 'NIDJI' Danistha, dan Alain Goenawan. Mereka menggambarkan seorang satu ruangan lengkap dengan kursi hingga lampu dan permainan suara-suara.
Triawan Munaf pun tak ketinggalan 'mejeng' di dinding hotel. Melalui karyanya yang terbilang sederhana, Triawan menggabungkan dua papan tuts piano yang disusun layaknya salib, vertikal dan horisontal. Namun ketika tuts piano itu ditekan, akan menghasilkan suara yang berbeda antara tuts horisontal yang bersuara merdu dan tuts vertikal yang menggambarkan hierarkial dengan suara sirine dan kebisingan.
Sebagian besar penataan karya disusun oleh Hafiz secara langsung. Ia memperhatikan dengan cermat alur publik yang terjadi di hotel, dan menyusun strategi agar instalasi yang menggunakan suara atau ukuran yang besar tidak mengganggu aktifitas hotel yang non-stop 24 jam.
"Tapi inilah yang ingin ditunjukkan oleh ICAD, bahwa kami ingin menjangkau berbagai lapisan masyarakat, bukan hanya pecinta seni namun juga masyarakat awam mulai dari anak-anak hingga dewasa, ini sebagai pemicu kreasi kesenian," kata Hafiz.
Penggabungan antara seniman senior dan junior diakui Hafiz sengaja dilakukan agar tercipta komunikasi pengetahuan secara dua arah, senior dapat mengetahui inovasi dari junior dan junior dapat belajar lebih banyak dari yang senior.(les/les)