Generasi Muda Masa Kini Tak Mahir Berbahasa

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 05 Nov 2015 07:50 WIB
Anak muda zaman sekarang kerap mencampur-adukkan bahasa yang justru mengacaukan konteks bahasa itu sendiri.
Ilustrasi buku pelajaran bahasa (morgueFile/cohdra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia pun juga berubah. Tantangan yang dihadapi juga berubah. Pakar komunikasi yang juga menekuni profesi menjadi presenter Erwin Parengkuan menyebutkan, ada dua tantangan yang dihadapi masyarakat kini, khususnya generasi muda.  

Hal pertama yang menjadi kelemahan dan harus diselesaikan oleh generasi muda adalah kebiasaan menyukai hal yang instan. Apapun diinginkan dalam bentuk instan termasuk dalam memeroleh kehidupan yang lebih baik. "Tantangan anak muda zaman sekarang, ada sebagian yang inginnya cepat. Mereka menginginkan hasil akhirnya saja," kata Erwin saat ditemui usai  acara  Garnier Academy: Project 1 Week di Senayan, Jakarta, Rabu (4/11). 

Erwin menyontohkan, misalnya saja dalam melihat sosok Raditya Dika, banyak anak muda yang ingin menjadi penulis multitalenta dan sukses seperti dia. Tapi, mereka tidak melihat dan tidak mau mengetahui bagaimana Dika mencapai posisi puncaknya itu. Mereka hanya mengikuti dan melalui pola perjalanan Karier Dika yang bisa mereka lihat saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tendensinya hanya melihat dari kulit luarnya saja. Tidak mau nyemplung, berdarah-darah, dan jungkir balik," ujar Erwin.
 "Anak muda yang seperti ini yang harus dituntut mencintai sebuah proses." 

Tak hanya itu, Erwin juga menyebutkan kendala bahasa sebagai salah satu kelemahan dan tantangan buat anak muda masa kini. Bahasa Indonesia yang sering dicampur-campur dengan bahasa tidak baku menjadi lumrah dan justru dipakai terus-menerus. Contohnya, seperti membedakan kita dan kami. Erwin mengatakan masih banyak orang yang belum bisa membedakan terminologi sederhana itu.  

"Kita dan kami konteksnya sudah kacau. Orang yang sudah dewasa dan berasal dari kalangan eksekutif saja masih kebingungan membedakannya. Penyiar radio juga salah," kata Erwin. 

Masalah bahasa lainnya yang banyak terjadi adalah ketika banyak orang menggunakan kata tanpa mengetahui maksud dan arti kata itu sebenarnya.  "Saya pernah dihubungi agensi perjalanan, dia mengirim pesan kepada saya, 'Ms. erwin, udah plg ke Indon'," cerita Erwin. 

Untuk pemilihan kata lainnya, Erwin tidak keberatan, tapi ia sangat tidak menyukai pemilihan kata ‘Indon’ yang digunakan oleh si pengirim pesan. Menurut dia, Indonesia tidak layak disingkat dengan sebutan ‘Indon’. Sebab, sebutan itu dipakai negara tetangga untuk mendiskreditkan bangsa Indonesia. 

Yang membuat miris, banyak orang Indonesia yang justru menyingkat nama negaranya dengan sebutan itu.  

"Anak sekarang dengan mudah mengambil bahasa yang mereka cerna tanpa meriset artinya apa," ujar Erwin. Padahal kata dia, bahasa adalah komponen identitas negara yang sangat penting. "Understanding language is important."  (les/les)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER