Tips Jitu Lolos Wawancara Kerja

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 05 Nov 2015 09:25 WIB
Selain pengalaman dan pengetahuan, cara berkomunikasi dan pembawaan diri juga menjadi faktor yang bisa menentukkan keberlanjutan karier seseorang.
Ilustrasi wawancara kerja (Eric McCandless/ABC via Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selain pengalaman dan pengetahuan, cara berkomunikasi dan pembawaan diri juga menjadi faktor yang bisa menentukkan keberlanjutan karier seseorang. Pendiri sebuah institusi pendidikan yang berfokus pada pengembangan keahlian berkomunikasi Erwin Parengkuan mengatakan, salah satu kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah berbicara secara impresif.  

Kemampuan bicara yang impresif adalah kemampuan berbicara yang meninggalkan kesan mendalam. Laki-laki yang telah lama menjalani kariernya sebagai presenter itu menyatakan ada beberapa modal yang harus dimiliki seseorang. Hal pertama yang dibutuhkan adalah meningkatkan kepercayaan diri.

Kata Erwin, semua orang seharusnya percaya diri, namun sayangnya ada orang yang tidak sadar kalau punya kemampuan dan kekayaan diri yang patut dibanggakan. Sehingga akhirnya rasa percaya diri tidak timbul.
 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini menjadi sebuah hal yang sangat mendasar karena kalau tidak percaya diri, seseorang tidak akan bisa untuk berbicara," kata Erwin dalam acara Garnier Academy: Project 1 Week di Senayan, Jakarta, Rabu (4/11). 

Kemampuan bicara impresif yang dimaksud Erwin terwujud dari cara berbicara yang meyakinkan dan tidak bertele-tele. Orang yang berbicara dengan impresif juga membawa kesan mendalam terhadap orang yang mendengarnya. 

"Kemampuan ini kapan saja dibutuhkan supaya ketika bertemu dengan orang tidak perlu berbicara yang njelimet. Yang penting berbicara secara compact, impactful, genuine, and sincere," ujarnya. 

Saat wawancara kerja, kemampuan ini sangat diperlukan. Setelah mengetahui kekuatan diri dan muncul kepercayaan diri, seseorang diharapkan bisa mengammbarkan apa yang ia punya untuk menjual dirinya kepada perusahaan yang ia tuju. Kemampuan berbicara impresif untuk menjelaskan pengalaman dan kekuatan diri bisa digunakan untuk menghindari penjelasan yang berlebihan. 

Misalnya saja ketika ditanya, apakah pernah terlibat dalam sebuah organisasi, kebanyakan orang menjawab dengan menyebutkan organisasi yang diikutinya. Erwin menyarankan lebih baik menjelaskan kontribusi Anda dalam organisasi tersebut, meski jumlahnya sangat sedikit tapi minimal bisa menimbulkan dampak pada organisasi yang pernah diikuti. 

"Know who you are, bersikaplah apa adanya, dan Anda akan memberi kesan pada lawan bicara," kata Erwin. 

Jika Anda belum tahu bagaimana menemukan kekuatan dalam diri sendiri, caranya cukup mudah. Erwin menganjurkan Anda melakukan analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Setalah kekuatan diketahui, kemudian cobalah untuk memaksimalkannya.  

Jika Anda piawai dalam menulis, misalnya. Anda bisa mengasah kemampuan dengan menulis di media sosial misalnya. Tapi, bukan sembarang menulis. Apa yang Anda lakukan harus membawa dampak yang baik bagi diri sendiri. Tidak hanya itu, Anda juga harus berani gagal. 

"Jangan cuma jadi penonton. Semua orang yang berhasil sudah banyak mengalami kegagalan," ujar Erwin. 

Hal terakhir yang bisa membantu adalah penampilan secara keseluruhan. Mimik muka juga bisa menentukan keberhasilan seseorang, terutama dalam berkomunikasi. Ketika kemampuan berbicara impresif sudah dimiliki, tapi penampilan tidak mendukung, kemampuan itu tidak akan banyak memberikan dampak untuk Anda. 

"Bagaimana wajahnya, bagaimana senyumnya. Wajahnya curigaan tidak terhadap orang lain, itu bisa dilihat dari lingkar matanya," kata Erwin.  (les/les)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER