Jakarta, CNN Indonesia -- Koordinator Yayasan Ekosistem Gili Indah Delphine Robbe mengeluhkan kondisi Gili Trawangan yang semakin kotor karena sampah. Semakin banyaknya turis yang datang berdampak pula pada peningkatan sampah di pantai maupun di lautan.
"Gili Trawangan kelilingnya hanya delapan kilometer, tetapi tumpukan sampah sudah mencapai 50 are luasnya. Ini representasi pantai dan laut Indonesia," kata Delphine saat diskusi di kawasan Jakarta, Rabu (2/12).
Delphine bercerita, bila menyelam di bawah laut, akan terlihat bahwa ikan pari manta kesulitan berenang di permukaan air. Pasalnya, sampah menghalangi jalan ikan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ikan pari manta terpaksa makan sampah yang sebagian besar terdiri dari plastik. Mereka tidak punya pilihan selain makan sampah. Kalau tidak makan sampah, mereka akan mati," katanya.
Selain menganggu ikan-ikan di laut, Delphine mengatakan sampah juga telah membuat penyu-penyu di Gili Trawangan mati. Delphine mengatakan, penyu mati sering terdampar di pantai.
"Penyu itu mati karena mengonsumsi plastik. Turis yang melihatnya pun enggan datang kembali ke Gili Trawangan," katanya.
Delphine mengatakan penumpukan sampah di pesisir dikarenakan tidak adanya penegakan hukum dan pengawasan dari pemerintah soal sampah. Padahal, aturan dan undang-undangnya sudah ada.
"Sebagai penduduk Gili Trawangan, saya ingin Gili Trawangan bebas plastik. Sebaiknya pasar swalayan dan toko kecil dilarang memberi plastik kepada orang yang berbelanja," ujarnya.
Selain itu, Delphine berpendapat pemerintah perlu memberikan pajak lebih banyak kepada pengusaha yang ikut berkontribusi dalam pencemaran sampah plastik. Contohnya, perusahaan yang memproduksi barang dalam kemasan plastik.
"Sekarang kami juga tengah berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan laut. Harus ada gotong royong dan gerakan membersihkan sampah," katanya.
Berdasarkan data Jambeck et al 2015, Indonesia disebut sebagai negara kedua penghasil sampah plastik di lautan. Pada 2010, diketahui Indonesia menyumbang sekitar 900 ribu ton sampah plastik. Posisi pertama diduduki Tiongkok dengan jumlah hampir 2,2 miliar ton sampah plastik.
(den)