Jakarta, CNN Indonesia -- Badan kesehatan Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melihat peningkatan signifikan akan kasus demam kelinci atau tularemia dalam beberapa tahun terakhir. Mereka kini mengkhawatirkan terjadinya epidemi.
Melansir
Fox News, tularemia sebenarnya penyakit langka yang telah diberantas puluhan tahun lalu.
Sejak dua dekade lalu, CDC hanya melihat rata-rata 125 kasus tularemia per tahunnya. Namun tahun ini, jumlah kasus tularemia mendadak meningkat menjadi 235 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CDC menyebutkan, jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1984.
Mengutip laman
Reuters (3/12) otoritas kesehatan AS masih belum mengetahui apa yang menyebabkan kasus tularemia meningkat. Namun mereka memperkirakan hal tersebut berkaitan dengan kondisi cuaca yang membuat bakteria Francisella tularensis yang hidup dalam tubuh tikus, juga kelinci, berkembang pesat.
Di AS sendiri, setidaknya 100 kasus tularemia tahun ini terjadi di empat negara bagian, yakni Colorado, Nebraska, South Dakota, dan Wyoming. Dari seluruh kasus tersebut, tularemia menyebabkan satu lansia meninggal.
Tularemia menyebar ke manusia melalui vektor serangga, seperti kutu dan nyamuk. Mereka terinfeksi bakteria dari darah kelinci dan mamalia kecil lainnya, termasuk tikus dan berang-berang, lalu memindahkannya ke manusia. Selain itu, penularan demam kelinci juga terjadi ketika manusia melakukan kontak langsung dengan darah hewan atau tidak sengaja terhirup di udara, dari bangkai hewan yang terinfeksi.
Gejala tularemia termasuk demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta rasa lelah kronis. Umumnya, tularemia diobati dengan menggunakan antibiotik.
Pemerintah AS mengkhawatirkan epidemi tularemia sebagai senjata biologis. Pada tahun 1940, setidaknya terdapat 2200 kasus tularemia per tahun.
Tularemia tersebar hampir di semua bagian Amerika Utara dan di sebagian besar benua Eropa, di bekas Uni Soviet, Cina dan Jepang. Di AS penyakit ini ditemukan sepanjang tahun. Insidensi penyakit ini ditemukan lebih tinggi pada orang dewasa di musim dingin, pada saat musim perburuan kelinci dan pada anak-anak di musim panas. (les)