Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia dapat mengikuti langkah Australia, menghitung mahasiswa asing yang bersekolah/kuliah di Indonesia sebagai wisatawan.
Jumlah pelajar/mahasiswa asing di Indonesia terbilang banyak dan masa tinggalnya lama, dua faktor yang diharapkan dapat mendongkrak angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies) Asnawi Bahar kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (3/2)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Australia menarik banyak pelajar untuk kuliah di sana dan dihitung sebagai wisatawan. Pada dasarnya kita menghitung jumlah orang. Pelajar asing di Indonesia banyak,” kata Asnawi.
Menurut data Kementerian Pariwisata RI kunjungan penduduk mancanegara selama 2015 sebesar 10.406.759 dan diklaim melampaui target 10 juta wisman serta angka proyeksi 10,017 juta wisman.
Angka penduduk mancanegara itu, jika di-break-down, terdiri dari kunjungan wisman reguler 9,7 juta, kunjungan WNA melalui pos pelintas batas 371 ribu wisman , serta kunjungan WNA khusus lainnya dan berada di Indonesia kurang dari satu tahun 306 ribu.
Kunjungan WNA khusus lainnya ini antara lain pekerja paruh waktu, peserta pelatihan dan pendidikan singkat, serta pasien berobat.
“Penduduk mancanegara” oleh sebagian pihak dianggap istilah yang mengada-ada, agar target 10 juta wisman dianggap tercapai, karena angka wisman hanya 9,7 juta. Juga mengapa pelintas batas dan kunjungan khusus lainnya baru sekarang dimasukkan dalam kategori wisman, tidak sejak Januari 2015 atau mulai 2016, yang semakin menguatkan sikap sinisme tersebut.
Anggapan tersebut ditepis Asnawi, “Dari dulu sudah ada, hanya saja tak begitu diperhatikan. Dengan adanya pembagian begitu jadi terperinci.”
Pelintas batas dan kunjungan singkat juga sebelumnya tak masuk dalam hitungan dalam kunjungan wisman. Beda dengan dengan Malaysia dan Singapura yang sejak lama memasukkan variabel ini.
Ambil contoh wisatawan dari Johor (Malaysia) ke Singapura pada pagi hari, dan pulang lagi ke Johor petangnya, tetap dihitung sebagai wisatawan Singapura. Wisatawan lintas batas di Indonesia banyak ditemui di Dumai dan Batam, dalam jalur Malaysia-Singapura-Dumai/Batam, untuk keperluan bekerja dan berdagang.
“Walaupun wisatawan lintas batas ini datang tidak melalui biro perjalanan, tapi mereka tinggal lama di sini untuk berbisnis,” ujar Asnawi.
“Ini tentu menguntungkan kita, menguntungkan industri MICE (
meetings, incentives, conferences, and events) karena MICE juga bagian dari promosi agar angka wisatawan naik tajam.”
(sil)