Stunting, Prioritas Utama Masalah Gizi Indonesia

Apriliana Lloydta Anuraga | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2016 07:42 WIB
Data Riskesdas menyebut prevalensi stunting di Indonesia terus meningkat, bahkan di Indonesia Timur, angkanya bisa mencapai 50 persen.
Tingginya gizi buruk di Indonesia menyebabkan banyak masalah stunting, yang mengancam intelektualitas anak. (Thinkstock/Jupiterimages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masalah gizi buruk merupakan masalah yang sering dibicarakan di Indonesia. Pasalnya, menurut data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan pada 2013, jumlah balita yang kekurangan gizi kembali mengalami peningkatan dari data sebelumnya di tahun 2010, yaitu dari 17,9 persen menjadi 19,6 persen.

Walau di beberapa wilayah seperti Bangka-Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tengah mengalami penurunan, wilayah lain, khususnya wilayah timur Indonesia, justru memiliki tingkat kekurangan gizi yang masih saja tinggi. Wilayah yang dimaksud adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua Barat.

Ahli gizi sekaligus Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia (UI) Ahmad Syafiq membenarkan data tersebut saat ditemui dalam seminar bertajuk Nutrisi Sehat dan Seimbang di UI, Kamis (18/2). Menurutnya angka kekurangan gizi di wilayah NTT saja, bisa jadi mencapai kisaran 50%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fakta lainnya, tingginya prevalensi anak stunting telah memosisikan Indonesia ke dalam lima besar dunia masalah stunting.

Ia pun mengatakan kekurangan gizi yang sedang menjadi fokus saat ini adalah stunting, atau tinggi badan anak tidak sesuai dengan standar untuk anak seusianya, melainkan lebih rendah.

“Yang paling kita khawatirkan itu stunting. Angka stunting pada balita kita itu 37 persen,” ujarnya.

Stunting biasanya terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan manusia. Namun, hal itu tak menutup kemungkinan bahwa stunting juga dapat terjadi sejak janin dalam kandungan.

Tak main-main, masalah kekurangan gizi ini adalah masalah yang tergolong serius.

“Stunting lebih dari sekadar masalah tinggi badan,” tegas Syafiq.

Hal tersebut dikarenakan stunting akan sangat mengancam intelektualitas anak. Menurut Syafiq, stunting menghambat pertumbuhan otak anak, yang mana seharusnya dalam tiga tahun pertama kehidupan dapat mencapai 80%.

“Dengan demikian, stunting berkaitan dengan kecerdasan,” ujar dia.

Walau tak dapat menyebut rentang waktu pasti tentang berapa lama masalah ini sudah terjadi, menurut Syafiq masalah ini sudah berlangsung lama di Indonesia dan harus menjadi prioritas dalam pembenahan masalah gizi.

Upaya Memerangi Stunting

Berkaitan dengan hal tersebut, sebenarnya sudah ada beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk memerangi masalah gizi tersebut.

“Buat stunting sendiri sudah ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah, diantaranya ada gerakan ‘Seribu Hari Pertama Kehidupan’. Itu mencakup upaya yang spesifik maupun yang sensitif,” ungkap Syafiq.

Spesifik yang dimaksud adalah hal yang langsung berhubungan dengan gizi, misalnya suplementasi mikronutrien pada bayi dan balita. Kemudian ada pula suplementasi pada ibu hamil, yaitu melalui tablet tambah darah. Hal tersebut lebih sebagai upaya pencegahan dari stunting itu sendiri.

Namun, tentu saja pemerintah tak dapat bekerja sendiri, melainkan memerlukan kerjasama dari seluruh sektor. Pihak non-pemerintah, swasta, dan masyarakat harus turut mengambil bagian untuk memeranginya. Syafiq mencontohkan, masyarakat harus lebih sadar akan pentingnya kebersihan sanitasi. Karena hal itu bisa menjadi salah satu penyebab stunting.

Selain pemerintah, pihak Kader PKK pun sudah turut berpartisipasi memerangi kekurangan gizi di Indonesia, tentunya salah satunya melalui posyandu. Bahkan, menurut Syafiq mereka lah ujung tombaknya, karena dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Sehingga, Kader Posyandu harus ditingkatkan kapasitasnya, salah satunya melalui seminar. Jadi mereka akan selalu update segala hal tentang kesehatan.

“Pembangunan gizi harus diprioritaskan. Semua orang harus berpikir bahwa apa yang mereka lakukan dapat berdampak pada masalah gizi,” kata Syafiq.

(les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER