Peneliti Kembangkan Kondom Berbahan Rumput

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 24 Feb 2016 10:28 WIB
University of Queensland tengah meneliti efektivitas kondom berbahan dasar rumput, yang terinspirasi dari tradisi masyarakat Aborigin Indjalandji-Dhidhanu.
Ilustrasi. (Thinkstock/Kai_Wong)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bila biasanya kondom terbuat dari karet atau lateks, maka akan ada kondom jenis baru yang tengah diteliti oleh University of Queensland, yaitu kondom berasal dari rumput.

Kondom jenis ini dibuat oleh Darren Martin dari Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology University of Queensland. Martin mengekstrasi nanoselulosa dari rumput spinifex atau rumput lari untuk penambahan dalam lateks pada pembuatan kondom.

Pihak peneliti mengaku nanoselulosa dari spinifex ini dapat meningkatkan kualitas dari lateks. Kondom campuran rumput dan karet ini lebih tipis, lebih kuat, dan lebih lentur dibanding kondom biasanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti memproduksi kondom rumput ini bekerja sama dengan masyarakat Indjalandji-Dhidhanu yang merupakan orang asli Aborigin dari wilayah Camooweal, barat laut Queensland. Masyarakat setempat biasa menggunakan rumput ini sebagai perekat antara mata dengan kayu tombak.

Kondom standar memiliki ketebalan lateks antara 0,049 milimeter hingga 0,121 milimeter. Martin berharap kondom rumput ini lebih tipis 30 persen namun dengan memenuhi standar kualitas industri kondom.

Para peneliti telah melakukan serangkaian tes untuk menguji ketahanan kondom. Berdasarkan pengujian, rata-rata kondom mengalami peningkatan kinerja sebesar 20 persen pada aspek tekanan dan 40 persen secara volume.

"Hal yang menakjubkan dari nanoselulosa adalah kami dapat menghasilkan membran lebih kuat, lebih tipis, lentur dan fleksibel," kata Martin, dikutip dari Medical Daily.

Produksi kondom jenis ini dapat membuat perbedaan dalam memerangi penyakit menular seksual. Penggunaan bahan yang tipis dan biaya rendah dapat mendorong penggunaan kondom serta pencegahan penyebaran penyakit seperti HIV/AIDS.

Sebuah studi pada 2010 menemukan sebanyak 40 persen orang dewasa enggan menggunakan kondom. Sedangkan 90 persen pria di atas usia 50 tahun mengaku tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pasangan. Adapun 70 persen pria mengaku tidak menggunakan kondom ketika berhubungan intim dengan orang asing.

Nanoteknologi dalam produksi kondom bukan kali ini saja dilakukan. Pada 2012, peneliti University of Washington mengembangkan nanoteknologi polimer untuk pembuatan alat kontrasepsi. (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER