Bahaya Di Balik Penggunaan Cangkir Kertas

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Jumat, 18 Mar 2016 18:34 WIB
Kontras dengan keyakinan masyarakat, cangkir kopi berbahan kertas tidaklah ramah lingkungan.
Ilustrasi gelas kopi Starbucks. (Adrianna Calvo/Pexels)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada satu hal yang mulai perlu dilakukan tiap memesan kopi di jaringan kedai kopi internasional, yakni mintalah mug keramik sebagai wadah, atau sodorkan mug/tumbler milik Anda.

Di cangkir kertas (paper cup) yang kerap digunakan kedai kopi itu memang tertera simbol tiga anak panah yang berputar, yang berarti ramah lingkungan. Tanpa rasa bersalah Anda menggunakan cangkir itu untuk minum, dan setelah kosong, membuangnya ke tempat sampah untuk didaur ulang. Secara teori, betul. Tapi pada kenyataannya, tidak.

Malansir Food and Wine yang mengutip Times menyebut, kurang dari 400 cangkir kertas yang digunakan di jaringan kedai kopi, benar-benar didaur ulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Times, perusahaan seperti Starbucks, Costa, Caffè Nero, dan Pret A Manger bertanggung jawab karena membuat klaim tentang daur ulang yang menghasilkan kesalahpahaman di masyarakat yang meyakini cangkir mereka ramah lingkungan.

Tak kurang 7 juta cangkir kertas setiap hari digunakan sebagai wadah minum masyarakat Inggris, artinya lebih dari 2,5 miliar cangkir kertas per tahun.

Ini bukan salah konsumen, tulis Times, karena di sebagian besar cangkir itu tertulis “100 persen dapat didaur ulang”.

Masalah kunci adalah cangkir-cangkir itu harus dikirim ke fasilitas daur ulang yang dapat membuang lapisan plastik di bagian luar cangkir. Dan di Inggris, hanya ada satu perusahaan yang mengerjakan, yakni Simply Cups, yang hanya punya dua lokasi, di Kendal dan Halifax.

Terlebih lagi, tahun lalu, perusahaan itu mengolah hanya total 3 juta cangkir. Walau mereka memperkirakan angkanya akan dua kali lipat pada 2016, tetap saja ada miliaran cangkir yang tak diolah.

Situs Starbucks menunjuk masyarakat tidak siap dengan gagasan ini.

"Sejumlah komunitas sudah mendaur ulang cangkir kertas dan plastik, tapi mengingat kurangnya permintaan material cangkir oleh industri daur ulang, banyak yang tidak punya infrastruktur untuk menangani pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan.

Toko dan pemilik lahan, menurut Starbucks, juga patut disalahkan.

“Toko-toko (hanya) mengoperasikan tempat-tempat sewaan, (sedangkan) daur ulang tergantung pada pemilik lahan yang mengontrol pengumpulan dan daur ulang sampah.

“Dengan lebih dari 17.000 lokasi ritel secara global, kondisinya beragam dari kota ke kota dan dari toko ke toko, sehingga tantangan bagi kami untuk menerapkan strategi daur ulang yang seragam secara efisien dan efektif.”

Para perwakilan dari Costa, Pret a Manger, dan Starbucks mengatakan mereka tengah mencari cara menangani kebutuhan daur ulang saat ini. (sil)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER