Siapkan Rp50Juta Jika Jatuh Cinta dengan Paralayang

Megiza | CNN Indonesia
Minggu, 08 Mei 2016 16:32 WIB
Bagi yang pernah mencecap nikmatnya pemandangan alam dari udara, biasanya tak segan mengeluarkan uang hingga puluhan juta untuk memiliki parasut sendiri.
Dengan perbedaan ketinggian sekitar 300 meter antara Landing Zone dan Take Off Plot Paralayang akan membawa turis untuk menjelajah cakrawala selama 5 sampai 10 menit dari sudut pandang yang sangat berbeda. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mencari udara segar untuk sebagian orang dilakukan dengan menjejakkan kaki di pegunungan. Pohon-pohon tinggi yang memberikan oksigen, hijaunya rerumputan atau menyusuri sungai, pasti memberikan kenikmatan tersendiri.

Untuk merasakan itu semua memang tak mahal. Bagi warga Ibu Kota misalnya, berkendara ke kawasan Puncak, Bogor, atau Bandung, menjadi cara cepat mendapatkan kesegaran alam. Namun, hal itu akan menjadi mahal jika Anda ingin menikmati segarnya alam dari udara.

Salah satu cara yang banyak dilakukan untuk mereguk nikmatnya udara bersih adalah dengan menjajal olahraga paralayang. Di kawasan Puncak, Bogor, sekitar setengah kilometer dari Masjid At-Ta'awun terdapat satu spot andalan yang banyak didatangi orang-orang untuk sejenak menyesap kesegaran alam dari atas udara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada beberapa klub paralayang yang menawarkan jasa tandem untuk mendapatkan pengalaman penuh sensasi itu. Duit yang dikeluarkan untuk satu kali terbang memang terbilang relatif murah yakni Rp350ribuan. Sedangkan durasi bermain-main di udara dapat dirasakan selama sekitar enam menit.

Sayangnya, paralayang tidak selalu dapat langsung dilakukan setibanya di sana. Seperti yang dialami saat CNNIndonesia.com mencoba olahraga ini. Kurang lebih tiga jam kami harus menunggu kesempatan menjajal paralayang. Alasannya, kondisi dan arah angin menjadi faktor penentu layak atau tidaknya paralayang diterbangkan.

Idon Ahyad Ramadhan, pelatih paralayang dari Papatong Club, mengatakan paralayang baru dapat dimainkan jika angin mengarah ke muka penerbang atau disebut headwind. Sedangkan jika angin berasal dari belakang parasut atau tailwind, tidak disarankan menerbangkan parasut.

"Sebenarnya, olahraga paralayang ini sama dengan olahraga kesabaran. Karena meski kita sudah siap-siap, tapi tetap saja harus menunggu arah angin untuk bisa terbang," kata pria yang akrab disapa Kang Idon ini.
Bagi yang pernah mencecap nikmatnya pemandangan alam dari atas udara, biasanya tak segan mengeluarkan uang hingga puluhan juta untuk memiliki parasut sendiri.(CNN Indonesia/Andry Novelino)
Dia menceritakan, beberapa orang yang dapat menikmati paralayang di tempat ini biasanya akan kembali lagi. Tak jarang juga, mereka kemudian bergabung dengan klub-klub paralayang. Ujung-ujungnya, tentu saja mereka ingin mempunyai peralatan sendiri untuk dapat melakukan paralayang tanpa ditandem.

Idon mengatakan, para penggemar paralayang rela mengeluarkan kocek hingga 2500 euro sampai 3500 euro atau sekitar Rp37,9 juta hingga Rp53,2juta untuk dapat memiliki parasut sendiri.

Tak hanya itu, perlengkapan seperti harness atau sabuk, juga dapat dimiliki dengan harga yang tidak murah yaitu sekitar 1000 euro atau setara dengan Rp15jutaan. Belum lagi variometer atau alat pengukur kecepatan vertikal yang biasanya dijual seharga 1500 euro alias Rp22,7juta.

Meski begitu, ada juga penggemar paralayang yang membeli perlengkapan yang sudah pernah digunakan. "Tapi kalau parasut second biasanya tidak tahan lama. Maksimal hanya bisa dipakai satu tahun lagi. Karena parasut itu pasti mengalami korositas akibat angin," kata Idon.

Bagi yang ingin dapat menerbangkan paralayang sendiri, tanpa tandem, orang tersebut harus punya pengalaman terbang sebanyak 40x atau sekitar 3,5 jam, baru layak mendapatkan lisensi PL-1. Sedangkan untuk lisensi intermediate atau PL-2 dan advance atau PL-3, jam terbang yang harus dimiliki adalah 200 kali terbang dan 500 kali terbang.

(meg)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER