Jakarta, CNN Indonesia -- Menaklukkan puncak Everest bisa jadi impian bagi banyak orang. Ratusan pendaki berpengalaman bahkan sudah sering mencoba namun masih gagal. Bahkan, ratusan pendaki kehilangan hidupnya saat mendaki gunung tertinggi di dunia ini.
Sabtu (21/5) lalu seorang pendaki berusia 34 tahun kehilangan nyawanya saat mendaki Everest. Perempuan pendaki bernama Maria Strydom dari Australia ini meninggal karena mengalami pulmonary edema atau edema paru-paru karena berada di daerah tinggi.
Penyakit ini merupakan bentuk ekstrem dari sakit akibat berada di daerah tinggi. Hal ini menyebabkan cairan naik sampai ke otaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
mengutip Women's Health, Maria, seorang vegan dan dosen keuangan di Monash Business School di Melbourne, bukanlah seorang pendaki amatir. Bersama dengan suaminya, dia melakukan perjalanan untuk mendaki tujuh puncak gunung yang paling menantang di dunia. Hal ini ddilakukannya untuk membuktikan kalau vegan bisa melakukan apapun.
Namun sayangnya, diet vegan yang dilakukannya kemungkinan berkontribusi dalam kematiannya di gunung.
"Sakit karena ketinggian bisa memengaruhi setiap orang," kata Niket Sinpal MD, asisten klinis profesor di Touro College of Medicine di New York.
"Semua orang punya kesempatan yang sama. Tapi kapasitas oksigen yang mampu 'dibawa' adalah salah satu hal yang sangat memengaruhi seorang vegan."
Sonpal mengatakan, orang yang menjalankan diet vegan biasanya kekurangan vitamin B12. Padahal vitamin ini merupakan nutrisi yang 'mengizinkan' sel darah merah membawa banyak oksigen ke organ vital, misalnya jantung dan otak.
Dia juga mengatakan bahwa hal ini yang kemungkinan besar menyebabkan kematiannya. Kematiannya dipicu karena kekurangan oksigen yang masuk ke dalam otak.
"Jika Anda berencana untuk melakukan diet vegan , faktanya Anda harus lebih sering berkonsultasi dengan dokter. Terutama jika Anda melakukan aktivitas tubuh yang sangat berat dan seringkali melalui situasi yang butuh performa tinggi."
(chs)