Jakarta, CNN Indonesia -- Meski telah diklaim berasal pertama kali dari Inggris pada awal tahun 1800 oleh para sejarawan kuliner, namun cerita tentang roti bundar dengan lubang pada bagian tengah yang dikenal dengan nama donat itu identik juga dengan sebutan kue para tentara Amerika dan Prancis di Perang Dunia I.
Dalam situs
Worldwar1, diceritakan bahwa anggapan donat sebagai makanan para prajurit dimulai pada tahun 1917. Kala itu, gadis-gadis yang tergabung dalam Bala Keselamatan menyajikan donat-donat segar untuk prajurit Prancis.
Momen itu disebut menjadi simbol dari kepedulian para pasukan bersenjata. Helen Purviance, seorang Letnan Muda Bala Kesalamatan, dikirim ke Prancis untuk bekerja dengan tentara Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama temannya, Letnan Margaret Sheldon, dia membuat adonan donat pertama kali dengan menggunakan tangan dan menggunakan botol anggur sebagai penggiling.
Menurut arsip di Markas Bala Keselamatan AS, saat itu tidak ada pemotong adonan donat. Karenanya, gadis-gadis Bala Keselamatan itu menggunakan pisau untuk untuk memotong dan memuntir adonan donat.
Letnan Purviance membuat kayu api dengan kompor tanah liat untuk memanaskan ataupun menggoreng adonan.
Karena menggoreng dengan menunduk membuat tulang belakangnya pegal, Purviance pun memasaknya sambil berlutut di depan kompor.
"Ketika donat pertama saya digoreng yaitu sebanyak tujuh donat sekaligus, di wajan kecil, pada saat bersamaan hati saya berharap bahwa makanan ini akan memberi dampak lebih kepada para prajurit dari pada sekadar mengenyangkan perut lapar," katanya.
Aroma donat yang dimasak oleh para gadis-gadis tentara ini pun membuat para tentara langsung berbaris mengantre. Di bawah hujan dan menjejak tanah berlumpur mereka menunggu giliran untuk mendapatkan donat.
Meski para gadis bekerja hingga tengah malam, mereka hanya bisa menyajikan 150 donat pada hari pertama. Tetapi, pada hari kedua mereka bisa menambahkan jumlah donat yang dibuat.
Lama kelamaan, jumlah donat yang dimasak per hari selama Perang Dunia I kian meningkat hingga ribuan. Setelah beberapa kali menyajikan donat, sebagian tentara meminta gadis-gadis tersebut untuk membuat donat dengan lubang di bagian tengah kue tersebut.
Letnan Purviance menggunakan beberapa barang untuk membuat pemotong adonan donat yakni dari kaleng susu kental hingga penyaring kopi untuk membuat lubang.
Keberhasilan saat itulah yang kemudian membuat para prajurit menyebut wanita-wanita dari bala keselamatan itu sebagai Doughnut Girl, meski mereka juga membuat pie apel ataupun kue-kue lainnya.
Hingga kini, donat sederhana menjadi simbol dari semua kerja keras yang dilakukan oleh tim Bala Keselamatan.
(meg)