Jakarta, CNN Indonesia -- Pelabuhan New York mendadak diramaikan oleh ratusan turis yang berlomba mengabadikan foto sebuah kapal yang mendarat di kota metropolitan Amerika Serikat tersebut. Bukan sembarang kapal, kapal yang merupakan kano asli masyarakat Polynesia itu berlayar dalam rangka Hari Laut Sedunia yang jatuh hari ini, Rabu (8/6).
Kapal tersebut bernama Hokulea, yakni kapal kano tradisional Polynesia. Dengan bentuk yang mirip kapal Pinisi, Hokulea yang diawaki oleh tim the Malama Honua Worldwide Voyage ini bertujuan mendatangi Markas Besar Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) di Manhattan, New York.
"Kapal Hokulea akan tiba di PBB untuk pertama kalinya dalam sejarah. Ini adalah momen langka untuk berbagi bagaimana laut telah menyatukan manusia dan mendengar kali pertama dari negara-negara di laut serta masyarakat pesisir oleh para awak kapal," tulis PBB dalam pernyataannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hokulea telah berlayar dari Honolulu, Hawaii, sejak Mei 2015 dan sudah menempuh lebih dari 37 ribu kilometer mengelilingi dunia. Kapal ini juga pernah singgah di 55 pelabuhan di 12 negara selama dua tahun perjalanannya.
Hokulea berlabuh di New York, tepat di daerah Patung Liberty pada Senin (6/6) lalu. Mereka berlabuh lebih awal dikarenakan cuaca buruk. Rencananya, Presiden Polynesian Voyaging Society Nainoa Thomson yang ikut dalam pelayaran tersebut akan presentasi di depan PBB pada hari ini.
"Ada hal spesial yang dibawa kano ini atas nama rumah kami. Juga atas semua orang di Hawaii juga ribuan orang yang membantu kegiatan ini menjadi nyata. Dunia perlu mendengar dan membutuhkannya," kata Thomson seperti dilansir
Hawaii News Now.
[Gambas:Youtube]
Hari Laut Sedunia yang jatuh pada tahun ini mengambil tema 'Healthy Oceans, Healthy Planet'. Tema ini diambil setelah semakin hari data menunjukkan laut yang mengisi 70 persen ruang di Bumi berada dalam kondisi terancam dan tidak sehat.
Sebuah laporan menunjukkan bahwa pada 2010 sebanyak delapan juta ton sampah plastik bermuara di lautan. Dan menurut World Economic Forum, ketika manusia tidak melakukan tindakan penyelamatan laut, maka pada 2050 jumlah sampah plastik di lautan diprediksi lebih banyak dibandingkan ikan.
"Diperlukan tindakan mendesak secara global guna mengurangi tekanan yang dihadapi lautan di dunia. Dan juga untuk melindungi masa depan yang mungkin dihadapi lautan dan melebihi daya kemampuannya," kata Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon.
Selain masalah sampah, berbagai masalah lainnya dihadapi oleh laut. Beberapa di antaranya yang dikemukakan oleh PBB adalah pembajakan di lautan yang semakin meningkat seperti di pesisir Somalia, Samudera Hindia bagian Barat, dan Teluk Guinea.
Masalah lainnya yang dihadapi lautan adalah ancaman terhadap ekosistem dan biodiversitas laut. Menurut PBB, daya regenerasi ekosistem di lautan berada dalam tekanan karena ulah manusia. Tingkah manusia seperti eksploitasi penggunaan sumber daya laut, praktik kelautan yang merusak seperti dengan bom ikan, dan pencemaran laut.
PBB menuturkan lautan memerankan peran penting dalam urusan iklim seperti ikut memproduksi oksigen dan menyerap karbon dioksida atau CO2. Namun, kondisi laut yang semakin asam justru malah menambah kandungan karbon dioksida sebagai gas rumah kaca di atmosfer. Peningkatan gas rumah kaca semakin memperparah perubahan iklim yang disusul kenaikan permukaan air laut, kematian koral, serta menempatkan masyarakat pesisir dalam kondisi bahaya.
(les)