Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah satu bulan penuh menjalani ibadah puasa, hari raya Idul Fitri atau Lebaran adalah hari yang paling dinanti. Hari yang selalu identik dengan momen spesial turut dirayakan dengan berbagai penampilan dan sajian spesial pula.
Pada sajian spesial ini, ragam makanan dan kue khas menjadi satu kewajiban untuk mencicip dan tak melewatkannya. Ketupat, Opor Ayam, Rendang, Sambal Goreng Ati, Kue Nastar, Kue Kacang, Kue Coklat, serta ragam minuman manis, kerap menjadi sajian khas Lebaran yang sangat menggoda.
Hampir setiap orang, biasanya membuat suatu pengecualian untuk boleh melahap segala yang tersedia, dengan alasan momen sekali setahun. Tak sedikit pula, yang menjadikannya sebagai ajang balas dendam setelah berpuasa selama bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, jika tidak bisa mengontrol diri dari godaan sajian khas Lebaran, hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan, terutama pada pola makan yang telah teratur selama bulan ramadan akan hancur seketika.
Karenanya, Ahli Gizi, Jansen Ongko mengungkapkan bahwa hal terpenting dalam mengatasi godaan makanan khas Lebaran ialah membangun komitmen untuk tidak kalap atau makan secara berlebihan.
"Dari sisi psikologis perayaan memang memicu rasa bahagia hal ini sebagai bentuk selebrasi terhadap suatu pencapaian. Untuk itu Anda harus belajar memaknai hari spesial dengan cara yang berbeda selain makan dengan porsi besar," kata Jansen saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Tak hanya itu, menurutnya memprioritaskan kesehatan pun dapat membantu seseorang agar tidak makan berlebihan.
"Kuncinya adalah bagaimana memaknai hari raya dengan sudut pandang yang berbeda tetapi tetap berkesan mendalam," ujarnya.
Selain itu, Jansen pun memberikan beberapa solusi agar tak kalap menyantap makanan khas Lebaran. Pertama, ialah dengan memperbanyak minum air putih.
"Usahakan minum air sebelum makan apapun. Dengan begitu perut akan terasa penuh sehingga keinginan untuk makan berlebih dapat diredam," katanya.
Selanjutnya, ialah dnegan meningkatkankan porsi sayuran, dan bila memungkinkan rasio antara sayur dengan lauk pauk yaitu tiga berbanding satu. Menurut Jansen, mulailah dengan makan sayur-sayuran sebelum mengonsumsi lauk pauk lainnya.
Kemudian, dapat pula dengan membatasi asupan karbohidrat dari nasi, kue, atau minuman manis. Hal itu karena lauk pauk seperti rendang, opor, gulai, dan sejenisnya sudah mengandung kandungan kalori yang besar. Tak hanya itu, batasi juga konsumsi kue-kue kering maupun basah.
"Akan sulit berhenti apabila sudah dimakan sehingga kalorinya lebih mudah terakumulasi daripada makan makanan utama dan sebisa mungkin hindari minuman-minuman manis seperti minuman ringan, sirup karena ini juga mengandung kalori yang cukup tinggi dan tidak mengenyangkan," ujarnya.
(meg)