Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPA Indonesia) meminta kepada masyarakat agar menahan diri untuk tidak menyebarluaskan dan memperlihatkan foto-foto vulgar terkait aksi bom bunuh diri yang terjadi di Surakarta pagi tadi.
Lembaga yang dikenal dengan nama Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) ini menilai kejadian Surakarta bukan persoalan yang dapat dengan mudah dipahami secara mudah oleh anak-anak.
Justru, foto-foto kekejian yang disebarluaskan malah dapat memicu
vicarious trauma atau menumpulkan kepekaan emosional pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, dalam keterangannya, LPA Indonesia juga meminta orang tua ataupun kaum dewasa mampu memberikan informasi kepada anak secara bijak sesuai tingkat kematangan dan kecerdasan anak-anak.
"Hindari mengenalkan perbendaharaan kata yang kurang patut disimak anak-anak. Tekankan nilai patriotik personel polisi, perjuang hidup untuk meraih cita-cita, kebenaran akan mengalahkan kejahatan, dan juga agama sebagai sumber kedamaian," ujar Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Indonesia, Reza Indragiri Amriel, dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (7//5).
LPA Indonesia juga menilai, dalam banyak aksi teror, anak-anak (pelaku teror) kerap tidak tahu-menahu mengenai perilaku orangtua mereka. Mereka pun terguncang begitu mengetahui bahwa orangtua mereka terlibat dalam aksi kekerasan.
Karenanya, LPA Indonesia meminta masyarakat untuk menghindari overgeneralization terhadap keluarga, khususnya anak-anak pelaku (andai pelaku sudah memiliki anak). Jangan kucilkan mereka dan jangan labeli mereka dengan berbagai stigma buruk, yang justru berpotensi menumbuhkan rasa terluka dan sakit hati berkepanjangan pada diri anak.
Sebaliknya, berikan kehangatan kepada anak-anak pelaku, yang kini menjadi yatim, agar pondasi kasih sayang dan kepedulian pada sesama di dalam hati mereka tetap kuat. Pondasi psikologis itu nantinya bermanfaat bagi proses tumbuh kembang secara lebih optimal ke depannya.
(meg)