Jakarta, CNN Indonesia -- Apa yang akan Anda lakukan saat melihat kecoak mendekat? Kebanyakan orang dewasa akan berusaha membunuh kecoak, mulai dengan memukul hingga menggunakan insektisida. Tak jarang juga yang justru lari tunggang-langgang saat melihat kecoak.
Ternyata ada alasan tersendiri kenapa manusia sangat membenci kecoak.
Jeffrey Lockwood, Professor ekologi University of Wyoming serta penulis
The Infested Mind: Why Humans Fear, Loathe, and Love Insects, menyebut bahwa ketakutan manusia akan serangga adalah produk dari proses pengasuhan, bukan karena secara alamiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak-anak kecil memiliki kecenderungan untuk mendekati serangga dan melihatnya lebih dekat," kata Lockwood, seperti dilansir
Time.
Namun, banyak orangtua dan juga masyarakat yang justru mengenalkan serangga sebagai 'musuh' atau hama yang harus dijauhi serta dibasmi. Banyak pula orang tua mengenalkan serangga, terutama kecoak, sebagai hewan kotor dan berpenyakit.
Pola pengasuhan seperti ini dianggap banyak membuat orang tumbuh dengan fobia terhadap serangga. Ini berbeda dengan di masa lalu, ketika manusia takut akan hal-hal tertentu seperti 'diculik setan saat petang' atau kegelapan.
Menurut Lockwood, ketakutan manusia modern saat ini tidak proporsional, terutama terhadap kecoak, bila dibandingkan dengan risiko yang dibawa serangga tersebut.
Kecoak memang termasuk serangga yang sangat kuat. Dari aspek evolusi, kecoak sudah ada dari era Dinosaurus dan sanggup bertahan bila ada bencana nuklir. Namun ternyata, dari 4600 jenis kecoak yang ada di dunia, hanya beberapa jenis yang menyebabkan penyakit seperti asma, dan wabah penyakit lain yang disebabkan bakteri.
"Anda dapat berargumen nyamuk adalah hewan paling mematikan di planet ini selain manusia. Namun tentu Anda tidak akan menghadapi nyamuk seperti ketika berhadapan dengan kecoak," kata Lockwood.
"Kecoak banyak ditakuti karena memicu respon negatif pada manusia. Ketakutan dan jijik adalah dua emosi negatif manusia yang bersifat universal, yang satu sinyal bahaya dan lainnya sinyal penyakit atau kontaminasi,” papar Lockwood.
Dia menjelaskan serangga berwarna cokelat itu memiliki kedua faktor yang memicu respon negatif manusia, yakni rasa takut dan jijik. Secara alami, kecoak memiliki kandungan minyak di tubuhnya yang sanggup membuat jijik manusia. Selain itu, dalam tubuh kecoak tersimpan asam yang ketika terinjak akan menimbulkan aroma tidak sedap.
Kemampuan kecoak untuk bertahan hidup dan berlari kencang juga membuat manusia ketakutan.
Dalam sebuah penelitian, terungkap kecoak mampu bergerak secepat 5,6 meter per jam (yang jika dibandingkan dengan manusia setara dengan kecepatan 321,8 meter per jam). Namun demikian, kecepatan kecoak tersebut sanggup menjadi ‘teror’ bagi manusia. Terlebih jika kecoak mendadak terbang dan mendarat di tubuh manusia.
Penampakannya yang jauh dari imut, berbau tidak sedap, memicu rasa jijik dan takut, merupakan ‘paket lengkap’ yang membuat kecoak jadi serangga paling dibenci, selain nyamuk.
“Kecoak memiliki semua faktor yang membuat manusia menganggapnya sebagai serangga menjijikkan,” kata Lockwood.
Pandangan tersebut, ditambah Lockwood, akan berbeda jika manusia dihadapkan pada kelinci, kucing atau anjing yang juga bisa menjadi vektor pembawa penyakit bagi manusia.
(les)