Sisa Bahan Makanan Olimpiade 'Disulap' Jadi Makan Malam

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Selasa, 16 Agu 2016 15:29 WIB
Untuk satu kali makan saja, sebanyak 250 ton bahan baku makanan disiapkan untuk 18 ribu atlet. Tapi tak semuanya habis.
Ilustrasi bahan makanan (Thinkstock/Boarding1Now)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mempersiapkan makanan untuk para atlet di Olimpiade Rio de Janeiro memang tidak mudah. Untuk satu kali makan saja dibutuhkan sebanyak 250 ton bahan baku untuk mengisi 18 ribu perut para atlet dan pelatih.

Jumlah tersebut kemudian dikalikan tiga yakni sarapan, makan siang dan makan malam. Hal ini berlangsung hingga olimpiade berakhir.

Tentu saja bahan-bahan tersebut tidak ludes dan berpindah ke perut para atlet begitu saja. Pastinya ada beberapa bahan makanan yang tersisa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini yang kemudian membuat chef asal Italia, Massimo Bottura, tergoda untuk mengolahnya kembali. Pria berusia 53 tahun ini pun berencana untuk membuat sesuatu yang berbeda.

Melansir dari The New York Times, Bottura terlihat tergesa-gesa. Ia menuju ke dapur, menerobos sejumlah orang, demi membuat makanan untuk 70 orang tunawisma. Seluruh bahan yang terbuang, ia gunakan kembali untuk dimasak.

"Ini bukan sekadar donasi, ini bukan hanya soal memberi makan orang lain" kata Bottura yang bekerja di restoran Modena, Osteria Francescana.

"Ini soal sosial, mengajarkan orang tentang sisa makanan, juga memberikan harapan untuk orang yang telah kehilangan harapannya."

Buttora pun membuat Refettorio Gastromotiva, sebuah tempat yang diharap bisa membuat orang-orang Brasil dan masyarakat dunia untuk memikirkan orang-orang yang kelaparan, sisa makanan, dan nutrisi.

Sejak tempat ini dibuka pada Rabu (10/8), Refettorio Gastromotiva telah mencuri perhatian. Terbukti, Perdana Menteri Italia Matteo Renzi dan aktris asal Brasil Regina Case turut menyambangi tempat itu.

Begitu juga para pakar kuliner seperti Alain Ducasse, Virgilio Martinez Veliz dan Joan Roca, serta 50 koki yang ingin melamar sebagai relawan di sana.

Seperti dikutip dari Huffington Post, Lara Gilmore, istri Bottura, mengatakan bahwa setiap harinya mereka tidak tahu bahan apa yang akan mereka dapat.

"Ini bukan makanan khas atau seperti menu biasa," ujarnya pada situs web Eater, "Massio sangat tertarik untuk membuat resep dari sisa roti, jadi mungkin pasta seperti passatelli yang dibuat dari remah roti atau makanan penutup yang terbuat dari susu dan remah roti, seperti yang kami sajikan di Osteria Francescana."

Ide pembuatan Refettorio ini juga didukung oleh Tania Braga, Head of Sustainability and Legacy pada ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016, menyebut bahwa proyek ini penting lantaran berhubungan dengan makanan dan memerangi limbah makanan, yang juga menjadi salah satu masalah berskala global.

Braga pun meminta seluruh pemasok bahan makanan untuk olimpiade agar memberikan sisa-sisa bahan makanan ke Refettorio.

Selain memberi makan para tunawisma, Buttora juga mengadakan kelas memasak serta memberikan pengetahuan seputar gizi bagi warga yang tinggal di Rio.

Hal unik lain dari konsep Refettorio adalah 'pay a lunch and leave a dinner,' yaitu cara donasi dengan membeli makan siang untuk memberi makan malam pada orang yang membutuhkan.

Lokasi di mana Refettorio berdiri ini disewakan oleh pemerintah untuk kurun sepuluh tahun ke depan.

Sebelumnya, Buttora bersama koki asal Brasil, David Hertz, pernah menghabiskan satu dekade untuk melatih sejumlah pria dan wanita bekerja sebagai asisten dapur.

Perusahaan non-profit bernama Gastromotiva miliknya itu dibangun di Brasil dan telah meluluskan 2.500 orang yang kini telah bekerja di restoran di sejumlah negara.

(meg/vga)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER