Ilmuwan Temukan Pereda Nyeri Lebih Aman dari Morfin

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 18 Agu 2016 17:42 WIB
Dalam sebuah percobaan, senyawa baru PZM21 mampu mengurangi rasa sakit, namun tak memicu masalah pernapasan layaknya morfin.
Ilustrasi. (Xurxo Lobato/Cover/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Morfin adalah salah satu pereda nyeri yang diandalkan di dunia medis. Namun penggunaan morfin—yang agen aktif utamanya terdapat di opium—dikhawatirkan berdampak negatif, dari penyalahgunaan sampai kecanduan.

Kini, para peneliti yang antara lain melibatkan pemenang Nobel bidang kimia, Brian Kobilka, dari Stanford University, mengaku telah menemukan senyawa baru sebaik opium, tapi minim dampak kecanduan dan kematian.

Melansir Independent, senyawa baru tersebut dinamakan PZM21. Para ilmuwan menemukan senyawa tersebut setelah menguji lebih dari tiga juta komposisi kimia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat digunakan, morfin bekerja di reseptor otak dan memberi dampak berkurangnya rasa sakit. Namun cara kerja ini juga berpengaruh di reseptor berbeda di otak yang mengarah pada masalah pernapasan fatal, terutama dalam kasus overdosis.

Ketika PZM21 ditemukan lalu diuji pada tikus, senyawa tersebut bereaksi di reseptor yang sama pada target morfin, namun tak mengubah reseptor lain.

Hal ini terlihat dari kondisi tikus yang tidak menunjukkan gejala gangguan pernapasan. Dampak penghilang nyeri pun muncul selama tiga jam, yang ternyata lebih lama dibandingkan efek pemberian morfin dalam dosis paling tinggi.

Alih-alih menyebabkan kecanduan, senyawa ini sedikit menimbulkan konstipasi yang mampu membatasi pemberian obat pada pasien.

Senyawa ini dipercaya mampu mengurangi perasaan nyeri di otak karena memunculkan sedikit efek pada respon refleks yang berasal dari sumsum tulang belakang.

Dari reaksi yang muncul setelah pengujian senyawa ini, para peneliti berharap ini menjadi jawaban pencarian obat pereda nyeri tanpa efek samping berbahaya.

"Kecanduan obat dari opium, diperparah dengan efek samping mematikan dari opium seperti gangguan pernapasan telah mendorong kampanye penggunaan analgesik secara optimum yang lebih aman dan efektif sejak abad ke-19," kata penulis, sebagaimana dipublikasikan di jurnal Nature.

Para peneliti menilai, meski morfin dan codein serta obat semi-sintetis heroin memberikan dampak lebih efektif dari opium mentah, namun masih memberikan efek negatif yang sama.

Kobilka menggambarkan penemuan senyawa ini sebagai calon kuat dari obat yang ditunggu-tunggu dunia medis. Namun penelitian lebih lanjut dan mendalam sangat diperlukan sebelum menjadi rujukan di resep dokter atau rumah sakit.

Senada dengan para peneliti, sejumlah ahli medis juga menyambut penemuan ini dan menganggap sebagai titik terang dalam farmakologi yang aman dan efektif bagi pasien.

(meg/vga)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER