Jakarta, CNN Indonesia -- Perairan Nusa Penida, pulau yang terpisah dengan daratan Bali dan secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung itu bebas dari aktivitas nelayan dan pelayaran, saat masyarakat setempat menggelar ritual tahunan Nyepi Segara pada Minggu (16/10).
"Semua perahu milik nelayan maupun armada penyeberangan tak beroperasi. Semuanya akan kembali normal pada Senin (17/10)," kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Penyeberangan Nusa Penida I Dewa Gede Agus Swarmahendra, seperti yang dilansir dari
Antara.
Hal senada juga diungkapkan pengelola Gangga Express I Nyoman Landep.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai surat edaran dari pihak panitia kegiatan ritual Ngusaba dan Nyepi Segara, semua aktivitas penyeberangan dari Nusa Penida ke daratan Bali dan sebaliknya dihimbau untuk tak beroperasi.
Sementara itu, aktivitas wisata bahari yang melibatkan wisatawan dalam dan luar negeri di perairan Nusa Penida juga mengalami hal sama.
"Nyepi segara bentuk aktivitas wisata bahari istirahat selama sehari penuh dan kembali melakukan kegiatan mulai Senin (17/10)," tutur I Wayan Bagiayasa, salah seorang karyawan Word Diving Lembongan, Nusa Penida.
Panitia kegiatan ritual Ngusaba dan Nyepi Segara Nyoman Dunia mengatakan, rangkaian ritual tersebut bermakna pembersihan alam semesta (buana agung) khususnya di laut, dan dalam diri sendiri (buana alit).
"Hal itu dilakukan karena laut merupakan sumber kehidupan masyarakat yang memberikan kelimpahan rejeki sehingga sebagai umat manusia selayaknya menghaturkan puji syukur sebagai bentuk terima kasih atas karuniaNya," kata Nyoman.
Kegiatan yang disertai dengan ritual rarung (pakelem) di tengah laut dilaksanakan setiap tahun, saat sasih purnama kapat, yang dilaksanakan secara bergilir di dua pura, yakni Pura Penataran Ped dan Pura Batumedawu.