Jakarta, CNN Indonesia -- Minggu lalu, ramai diberitakan kalau gugusan terumbu karang di Great Barrier Reef, timur laut Australia, terancam punah karena pencemaran air laut.
Belum selesai di sana, saat ini masalah yang sama juga dialami oleh Belize Barrier Reef, yang terletak di pesisir timur Amerika Tengah.
Pencemaran yang terjadi di dua lokasi itu mulai dari pembuangan limbah serta pengeboran minyak bawah laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini membuat pecinta lingkungan merasa khawatir, karena selama ini Great Barrier Reef dan Belize Barrier Reef merupakan lokasi utama pusat kehidupan terumbu karang, yang menjadi rumah bagi berbagai jenis makhluk laut di dunia.
Tidak hanya pecinta lingkungan, negara yang menikmati keuntungan dari industri wisata bahari di sekitar kawasan itu juga mulai merasa khawatir.
Generasi muda juga patut merasa khawatir, karena jika masalah ini tidak kunjung selesai, maka bukan tidak mungkin mereka tidak akan pernah lagi bisa menikmati keindahan terumbu karang di muka bumi.
Aksi unjuk rasa yang meminta Perdana Menteri Belize Dean Barrow dan jajarannya menanggulangi kepunahan itu pun telah dilakukan dan dipimpin oleh kelompok guru.
Namun, seperti yang dikutip dari keterangan kelompok pecinta lingkungan World Wildlife Fund (WWF), pemerintah Belize malah menjawab aksi tersebut dengan semprotan air yang kekuatannya disebut “dapat menembus hingga ke dasar laut”.
Sama seperti Great Barrier Reef, keindahan bawah laut Belize Barrier Reef juga mengundang banyak wisatawan mancanegara untuk datang.
Penduduk Belize Barrier Reef yang bermata pencarian sebagai nelayan menduga kalau pencemaran menjadi penyebab menurunnya jumlah tangkapan mereka setiap harinya.
Tercatat, sebanyak 190 ribu dari 332 ribu penduduk Belize yang memiliki mata pencarian sebagai nelayan.
Wakil ketua kelompok perlindungan kehidupan laut Belize, Oceana Belize, mengaku kecewa dengan sikap diam pejabat pemerintah dan pengusaha yang selama ini diduga mengeksploitasi laut sedemikian rupa sehingga terancam punah.
“Sangat memalukan mengetahui kalau mereka yang selama ini menggantungkan hidup dari kehidupan laut Belize malah tidak melakukan apapun untuk menyelamatkannya,” kata Janelle Chanona, seperti yang dikutip dari
Travel and Leisure.
Chanona lanjut mengatakan kalau kegiatan eksploitasi besar-besaran itu dilakukan secara diam-diam sejak tiga tahun terakhir.
Sebanyak 96 persen penduduk Belize menolak pengeboran minyak bawah laut, berdasarkan survei yang dilakukan oleh kelompok pecinta alam Belize Coalition to Save Our Natural Heritage pada 2012.
Selain aksi unjuk rasa, penduduk yang memiliki perahu bahkan bersatu padu untuk menghalangi kapal pengebor minyak di tengah lautan.
Rencana penghalangan itu dijadwalkan dimulai pada Kamis (20/10). Namun, sejumlah wartawan dari media lokal menulis kalau kapal pengebor minyak berangkat satu hari lebih cepat agar tidak bertemu kelompok penghalang.
Hingga saat ini, aksi perlindungan Belize masih terus dilakukan. Sebuah petisi yang dibuat oleh WWF pun telah ditanda tangani oleh sebanyak 161 ribuan netizen sampai Rabu (19/10).
(ard)