Lendang Nangka Jadi Potensi Pariwisata Baru di Lombok

adv | CNN Indonesia
Rabu, 16 Nov 2016 00:00 WIB
Di bawah koordinasi Hiramsyah Syambudhi Thaib, Lombok mulai mengembangkan potensi pariwisatanya.
Jakarta, CNN Indonesia -- Di bawah koordinasi Hiramsyah Syambudhi Thaib, Lombok mulai mengembangkan potensi pariwisatanya. Kini, Lombok tidak hanya identik dengan Mandalika yang telah ditetapkan dalam kawasan 10 Bali Baru. Bahkan Lombok tidak hanya fokus melambungkan Novotel Lombok Resort & Villas, World Best Halal Tourism Website, dan Bukit Sembalun di World Best Halal Tourism Award 2016. Lombok juga turut melirik Desa Lendang Nangka sebagai desa wisata yang patut dikunjungi oleh para wisatawan.

Saat ini, wisata halal tengah melekat kuat dengan Lombok, NTB. Terutama Top Destinasi Prioritas Mandalika dengan pantai-pantainya yang elok serta Gunung Rinjani yang sudah mendapatkan apresiasi dari UNESCO. Potensi Lendang Nangka ternyata tidak kalah dari Desa Sade yang namanya sudah banyak dikenal dunia.

Saat dihadapkan dengan persolan sampah, warga desa Lendang Nangka terlihat kreativ dan kompak melakukan gerakan “Secangkir Beras Sampah”. Melalui gerakan itu, warga desa berhasil mengumpulkan 75 kg beras setiap bulannya. Kemudian berasnya dijual seharga Rp5.000,- per kg dan uang hasil penjualan digunakan untuk biaya operasional pembersihan sampah serta upah untuk pengankut sampah. Dengan begitu, Lendang Nangka telah menjelma menjadi daerah yang bersih sekarang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, di sana juga ada “Lumbung Darah”, semacam bank darah di tingkat desa. Hal itu dilakukan agar masyarakat Lendang Nangka tidak kesulitan ketika membutuhkan darah. Ada satu hal lagi yang membanggakan, yakni gerakan pengelolaan air minum desanya. Kini, gerakan tersebut banyak ditiru oleh desa lain. Selain itu, tidak banyak terjadi kebocoran dalam hal ini karena pihak Takmir.

Selanjutnya, Air yang dihasilkan dari PAMDes turut disalurkan pula ke masjid. Hal ini kemudian mendorong masyarakat untuk terus menjaga PAMDes dengan baik. “Gerakan partisipasi Desa Lendang Nangka tidak diragukan lagi. Di 2014, desa ini menjadi pemenang lomba desa Anugerah Bintang Selaparang Terintegrasi. Bahkan awal November ini, Lendang Nangka terpilih menjadi juara Lomba BUMDES tingkat Nasional dalam hal Pengelolaan Simpan Pinjam dan Air Bersih,” ungkap Gubernur NTB M. Zainul Majdi yang didampingi Kadispar NTB Lalu Mohammad Faozal.

Zainul juga merasa bahagia karena Lendang Nangka juga menyimpan sejuta pesona pariwisata. Saking eksotisnya, sudah banyak wisatawan mancanegara yang lalulalang di daerah ini. Rombongan turis yang naik bus wisata,  mengendarai motor maupun yang berjalan kaki  sudah bukan lagi pemandangan aneh di desa ini.

Bahkan tidak kalah keren dengan Desa Sade yang sudah sangat dikenal wisatawan nusantara dan mancanegara. Wisata alam, budaya, dan religi, komplit bisa sekaligus didapatkan di Lendang Nangka.

Letaknya juga sangat strategis karena berada di antara Desa wisata lainnya seperti Daerah Loyok yang terkenal dengan kerajinan bambunya, Pringgasela dengan kain tenun tradisionalnya, dan Tetebatu yang merupakan lokasi penginapan dengan pemandangan yang sangat indah.

Bagi yang ingin menginap, ada homestay tradisional yang siap menyapa. Dari homestay H. Radiah, pondok bambu, pondok wire, dan pondok ghiroh, semuanya menyuguhkan suasana rumah yang masih alami. Setiap hari, wisatawan bisa menghirup segarnya udara dan keramah tamahan masyarakat setempat.

Masih banyak tempat yang bisa dikunjungi di Dari Desa Lendang Nangka. Di sana wisatawan bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata alam. Air terjun JERMAN (Jeruk Manis), wisata Otak kokok/ joben, semua bisa disambangi. Selain itu, wisatawan bisa juga menikmati sunrise di pasar tradisional Lendang Nangka. Keriuhan pasar dengan segala aktivitas jual beli yang disiram sinar matahari pagi siap memanjakan setiap tamu yang berkunjung ke sana.

Transportasinya bisa bermacam-macam. Dari motor, mobil hingga cidomon (kereta kuda khas Lombok), siap menemani perjalanan wisatawan. Kulinernya juga sangat bervariasi. Dari mulai plecing kangkung, dodol nanas khas Lendang Nangka hingga baso keong banyak tersedia di sana.

“Lendang Nangka memiliki kawasan pertanian dan kehidupan masyarakat yang layak untuk dijadikan sebagai objek wisata. Sekarang sudah ada kerja sama masyarakat Lendang Nangka dengan biro perjalanan yang meng-arrange sekitar 40 orang wisatawan asing. Puluhan wisatawan asing ini dua kali seminggu rutin berkunjung ke sana,” ujar Gubernur.Di bawah koordinasi Hiramsyah Syambudhi Thaib, Lombok mulai mengembangkan potensi pariwisatanya. Kini, Lombok tidak hanya identik dengan Mandalika yang telah ditetapkan dalam kawasan 10 Bali Baru. Bahkan Lombok tidak hanya fokus melambungkan Novotel Lombok Resort & Villas, World Best Halal Tourism Website, dan Bukit Sembalun di World Best Halal Tourism Award 2016. Lombok juga turut melirik Desa Lendang Nangka sebagai desa wisata yang patut dikunjungi oleh para wisatawan.

Saat ini, wisata halal tengah melekat kuat dengan Lombok, NTB. Terutama Top Destinasi Prioritas Mandalika dengan pantai-pantainya yang elok serta Gunung Rinjani yang sudah mendapatkan apresiasi dari UNESCO. Potensi Lendang Nangka ternyata tidak kalah dari Desa Sade yang namanya sudah banyak dikenal dunia.

Saat dihadapkan dengan persolan sampah, warga desa Lendang Nangka terlihat kreativ dan kompak melakukan gerakan “Secangkir Beras Sampah”. Melalui gerakan itu, warga desa berhasil mengumpulkan 75 kg beras setiap bulannya. Kemudian berasnya dijual seharga Rp5.000,- per kg dan uang hasil penjualan digunakan untuk biaya operasional pembersihan sampah serta upah untuk pengankut sampah. Dengan begitu, Lendang Nangka telah menjelma menjadi daerah yang bersih sekarang.

Menariknya, di sana juga ada “Lumbung Darah”, semacam bank darah di tingkat desa. Hal itu dilakukan agar masyarakat Lendang Nangka tidak kesulitan ketika membutuhkan darah. Ada satu hal lagi yang membanggakan, yakni gerakan pengelolaan air minum desanya. Kini, gerakan tersebut banyak ditiru oleh desa lain. Selain itu, tidak banyak terjadi kebocoran dalam hal ini karena pihak Takmir.

Selanjutnya, Air yang dihasilkan dari PAMDes turut disalurkan pula ke masjid. Hal ini kemudian mendorong masyarakat untuk terus menjaga PAMDes dengan baik. “Gerakan partisipasi Desa Lendang Nangka tidak diragukan lagi. Di 2014, desa ini menjadi pemenang lomba desa Anugerah Bintang Selaparang Terintegrasi. Bahkan awal November ini, Lendang Nangka terpilih menjadi juara Lomba BUMDES tingkat Nasional dalam hal Pengelolaan Simpan Pinjam dan Air Bersih,” ungkap Gubernur NTB M. Zainul Majdi yang didampingi Kadispar NTB Lalu Mohammad Faozal.

Zainul juga merasa bahagia karena Lendang Nangka juga menyimpan sejuta pesona pariwisata. Saking eksotisnya, sudah banyak wisatawan mancanegara yang lalulalang di daerah ini. Rombongan turis yang naik bus wisata,  mengendarai motor maupun yang berjalan kaki  sudah bukan lagi pemandangan aneh di desa ini.

Bahkan tidak kalah keren dengan Desa Sade yang sudah sangat dikenal wisatawan nusantara dan mancanegara. Wisata alam, budaya, dan religi, komplit bisa sekaligus didapatkan di Lendang Nangka.

Letaknya juga sangat strategis karena berada di antara Desa wisata lainnya seperti Daerah Loyok yang terkenal dengan kerajinan bambunya, Pringgasela dengan kain tenun tradisionalnya, dan Tetebatu yang merupakan lokasi penginapan dengan pemandangan yang sangat indah.

Bagi yang ingin menginap, ada homestay tradisional yang siap menyapa. Dari homestay H. Radiah, pondok bambu, pondok wire, dan pondok ghiroh, semuanya menyuguhkan suasana rumah yang masih alami. Setiap hari, wisatawan bisa menghirup segarnya udara dan keramah tamahan masyarakat setempat.

Masih banyak tempat yang bisa dikunjungi di Dari Desa Lendang Nangka. Di sana wisatawan bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata alam. Air terjun JERMAN (Jeruk Manis), wisata Otak kokok/ joben, semua bisa disambangi. Selain itu, wisatawan bisa juga menikmati sunrise di pasar tradisional Lendang Nangka. Keriuhan pasar dengan segala aktivitas jual beli yang disiram sinar matahari pagi siap memanjakan setiap tamu yang berkunjung ke sana.

Transportasinya bisa bermacam-macam. Dari motor, mobil hingga cidomon (kereta kuda khas Lombok), siap menemani perjalanan wisatawan. Kulinernya juga sangat bervariasi. Dari mulai plecing kangkung, dodol nanas khas Lendang Nangka hingga baso keong banyak tersedia di sana.

“Lendang Nangka memiliki kawasan pertanian dan kehidupan masyarakat yang layak untuk dijadikan sebagai objek wisata. Sekarang sudah ada kerja sama masyarakat Lendang Nangka dengan biro perjalanan yang meng-arrange sekitar 40 orang wisatawan asing. Puluhan wisatawan asing ini dua kali seminggu rutin berkunjung ke sana,” ujar Gubernur.

Terkait pengembangan ekowisata, Guberrnur meminta keseriusan aparat desa dan masyarakat Lendang Nangka dalam menyiapkan kawasan tersebut sebagai objek wisata. Dari mulai tempat ibadah, toilet, kuliner harus mulai ditata dengan standar global.  “Tidak perlu mewah atau mahal, yang penting bersih dan rapi. Ketika persiapan sudah matang, pemerintah provinsi dapat mempromosikan daerah tersebut secara resmi,” ujarnya.

Menpar Arief Yahya menyebut bahwa wisata budaya itu sangat kuat karena wisatawan bukan saja melihat puncak acara tetapi juga proses interaksi masyarakatnya. Itulah jawaban, mengawa wisata berbasis budaya lebih sustainable, lebih bertahan lebih lama, karena keistimewaannya justru ada di dalam kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. "Apalagi alamnya. bagus? Dan ada kalender event, man made atau ciptakan orang? Lebih heboh lagi!," kata Arief Yahya.

Terkait pengembangan ekowisata, Guberrnur meminta keseriusan aparat desa dan masyarakat Lendang Nangka dalam menyiapkan kawasan tersebut sebagai objek wisata. Dari mulai tempat ibadah, toilet, kuliner harus mulai ditata dengan standar global.  “Tidak perlu mewah atau mahal, yang penting bersih dan rapi. Ketika persiapan sudah matang, pemerintah provinsi dapat mempromosikan daerah tersebut secara resmi,” ujarnya.

Menpar Arief Yahya menyebut bahwa wisata budaya itu sangat kuat karena wisatawan bukan saja melihat puncak acara tetapi juga proses interaksi masyarakatnya. Itulah jawaban, mengawa wisata berbasis budaya lebih sustainable, lebih bertahan lebih lama, karena keistimewaannya justru ada di dalam kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. "Apalagi alamnya. bagus? Dan ada kalender event, man made atau ciptakan orang? Lebih heboh lagi!," kata Arief Yahya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER