Sambas, CNN Indonesia --
Sudah bukan rahasia lagi jika musik dangdut begitu digemari dan benar-benar terasa magnitnya di wilayah perbatasan. Oleh karena itu, musik dangdut bakal segera dipopulerkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai musik unggulan.
Salah satu wilayah yang memiliki antusias tinggi terhadap musik dangdut, yaitu Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Negara Tetangga, Malaysia. Beragam
event crossborder yang rutin digelar Kemenpar di wilayah Aruk semakin meledak dari waktu ke waktu dan terus menunjukkan grafik jumlah yang eksponensial.
Menurut Menpar Arief Yahya, rahasia dibalik suksesnya
event di wilayah perbatasan hanya satu kata, ‘musik’! Pasalnya, musik merupakan bahasa universal yang disukai banyak orang Indonesia dan diidamkan pula oleh orang Malaysia. Musik bergenre dangdutlah yang selalu berhasil membuat Festival
Crossborder terasa lebih menarik dan banyak dikunjungi wisatawan dari Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu rupanya sejalan dengan pemikiran
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simanjuntak yang menyebut dangdut sebagai musik unggulan dan soto sebagai makanan andalan Indonesia. Deputi Pengembangan Pemasaran Mancanegara, I Gde Pitana sudah membuktikan hal itu. Puncaknya, di bulan November 2016,wilayah Aruk kembali gempar dengan digelarnya Festival Crossborder. Festival Wonderful Indonesia yang menampilkan Siti Badriah dan Selvi Kitty itu berhasil diserbu 6.137 wisman Malaysia.
Dengan lagu andalan, “Suamiku Kawin Lagi, Goyangan Manjur, dan Brondong Tua” yang dilantunkan penyanyi berusia 25 tahun itu, berhasil membuat suasana cukup panas dingin. Puluhan ribu pengunjung tak sanggup menahan goyang yang menjadikan festival itu semakin dikenal di Malaysia.
Warung-warung di sekitar lokasi pun kebanjiran rezeki. Dalam
event yang digelar selama dua hari itu, 300 warung yang berada di sekitar lokasi tak pernah sepi. Setiap harinya, satu warung bisa meraup omset hingga Rp1 juta.
“Jadi selama dua hari kira-kira ada Rp600 juta yang berputar di Aruk,” tambah Pitana.
Di Entikong, juga sama. Wonderful Indonesia Festival yang digelar pada 12 hingga 13 Maret awalnya hanya ditonton 300-an wisman Malaysia. Tapi saat digelar kembali di Lapangan Patoka, Entikong pada 27-28 Agustus, jumlah wisman Malaysia yang menyeberang ke Indonesia melonjak menjadi 992 orang, berbaur dengan wisnus di sana. Belum lagi pergerakan warga sekitar yang jumlahnya menembus angka 10.000-an orang.
Lapangan Patoka penuh sesak. Warga dua Negara yang bersebelahan itu tumplek blek jadi satu. Bahkan meluber ke jalan-jalan karena lapangan tidak cukup. Imbasnya banyak media mulai memberikan porsi
exposure yang optimistik dari perbatasan Indonesia-Malaysia.
“Publik juga sudah mulai heboh dengan mencari tahu objek wisata alam apa saja yang ada di perbatasan Entikong itu,” kata Pitana.
Di Sanggau, ada Pesona Wisata Alam Pancur Aji, Wisata alam dengan kawasan hutan lindung yang menyimpan beragam flora langka. Ada juga Kayu Tengkawang dan taman anggrek. Kawasan yang punya banyak satwa langka seperti orang utan dan aneka burung termasuk burung enggang khas Kalimantan. Panjur Aji juga menawarkan wisata pesona air pegunungan seperti sungai Merobu, Engkuli, bayu, Kenian, Setapang, Mongan dan Sungai Mawang. Sensasi keindahan alam, keaslian hutan yang menawarkan kesegaran alami serta arus sungai yang cukup deras merupakan salah satu tantangan sekaligus memberikan pengalaman yang menarik dan sangat disayangkan jika dilewatkan.
Bergeser sedikit ke utara, ada Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu. Panorama alamnya jangan ditanya lagi. Kalau dilihat dari Bukit Tekenang, danau ini terlihat seperti area Arsipel di Taman Mini Indonesia Indah. Sebuah danau yang seolah-olah memiliki pulau-pulau kecil.
“Jadi program crossborder tourism itu hanyalah pancingan. Kolam ikannya di Sanggau dan Kapuas Hulu. Jika infrastuktur penunjangnya beres, dari titik inilah bisa dieksplorasi turis asal Malaysia dan Brunei Darussalam dengan target angka yang lebih banyak lagi,” lanjutnya.
Temasuk punya cerita lain lagi. Jaraknya hanya 4 km dari Telok Melano, Malaysia. Sekitar tiga jam perjalanan dari Kabupaten Sambas. Kawasan ini punya garis pantai yang sangat panjang. Sekitar sekitar 60 km. Karena panjangnya, tempat ini pun menjadi kawasan favorit penyu untuk bertelur.
Panoramanya juga sangat menawan. Pantainya masih alami. Langitnya biru, pasir putihnya terhampar luas, gugusan bebatuan granit, hingga karang yang eksotis semua bisa dinikmati. Penggila
snorkeling juga bisa ikut
happy di Temajuk. Teluk Atong adalah surganya
snorkeling. Jika sudah lelah beraktivitas, pengunjung bisa menikmati indahnya matahari terbenam di dermaga panjang yang ada di dusun Camar Bulan.
Di sisi yang lebih ujung lagi, ada Aruk. Letaknya ada di Kecamatan Sajingan Besar. Wilayah daratnya berbatasan langsung dengan Biawak dan Kuching, Malaysia. Soal wisata, Aruk juga tak kalah dengan Temajuk. Cuma bedanya di Aruk tak ada pantai. DI sini hanya ada air terjun yang memancarkan panorama yang tak kalah eksotisnya dengan Temajuk. Namanya air terjun Riam Berasap.
Sepanjang perjalanan, udara sejuk dan hamparan perkebunan karet yang berkolaborasi dengan tanaman lada milik warga akan menamani perjalanan ke Riam Berasap. Sangat asri. Nyaris tak pernah terjamah tangan manusia.
View-nya tak kalah cantik bila dibandingkan dengan air terjun Escudero di Filipina. Langit biru, airnya jernih. Dengan lebar sekitar 80 meter, air terjun Riam Berasap terlihat seperti bukit batu di sekitarnya. Dari atas, air seolah terlihat seperti merambat di bebatuan.
“PR kami selanjutnya adalah menggarap amenitas dan atraksi. Harus ada kamar hotel,
homestay, restoran, café, transportasi lokal, dan segala hal yang memudahkan wisatawan supaya tamu betah berkunjung keIndonesia,” ungkap Pitana yang didampingi Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah ASEAN, Rizky Handayani.