Jakarta, CNN Indonesia -- Di Eropa dan Amerika Utara, jika Anda menggunakan busana beratribut Nazi, sudah pasti bakal dianggap sebagai sebuah penghinaan. Namun bagi anak-anak di Asia, memakai atribut Nazi hanyalah sebuah 'hari biasa' di kelas.
Dalam aktivitas baru-baru ini di sekolah Taiwan, sebuah acara parade yang meniru Nazi. Hal ini menyebabkan kecaman internasional dan memaksa pengunduran diri kepala sekolah. Banyak orang menuntut permintaan maaf dari pihak sekolah kepada publik.
Mengutip
CNN, dalam parade tersebut, para siswa memberikan hormat Heil Hitler dan membawa spanduk Nazi. Ini terlihat dalam sebuah foto yang diunggah ke internet. Menurut media lokal, parade yang terjadi pada 23 Desember 2016 lalu ini adalah bagian dari acara
cosplay. Dalam acara tersebut, para peserta diminta untuk berpakaian seperti karakter dari budaya populer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Parade seperti ini bukan hanya terjadi di Taiwan, namun beberapa negara di Asia lain seperti Thailand, Korea Selatan, dan bahkan Indonesia juga pernah melakukan hal kontroversial tersebut.
Daya Tarik 'Busana Chic' Nazi Institute for Security and Development Policy Non-Research Fellow Elliot Brennan mengungkapkan bahwa mayoritas warga negara Asia tak 'berbagi' sejarah yang sama tentang Nazi seperti cara warga di negara Eropa.
"Protes atas kostum Nazi di Taiwan ini jelas mengganggu orang berpendidikan dan tahu tentang periode mengerikan dalam sejarah, ini seharusnya mengingatkan kita akan adanya bahaya relativisme budaya," ucapnya.
"Untuk negara-negara Asia Timur, Perang Dunia II itu bukan tentang Nazi atau Hitler, tapi lebih ke perang Imperial Jepang. Negara di Asia mempelajari PD II Jerman lebih singkat dibanding negara Eropa atau Amerika Utara."
Brennan mengatakan bahwa warga Asia menganggap segala macam pakaian dan aksesori yang berbau Nazi serta
regalia seringkali bernuansa gaya
punk atau anti-kemapanan dibanding punya arti politik atau sejarah.
"Nazi
chic itu kini lebih dikenal sebagai ekspresi dari subversi, dan para pemakainya di Asia sebagian besar tak tahu tentang dasar-dasar sejarah."
"Tapi tak ada keraguan kalau ada kelompok minoritas kecil yang mengaitkan itu dengan fasisme atau Nazi Jerman. Tapi mereka hanya minoritas."
Kontroversi Nazi di AsiaParade warga Taiwan ini bukan insiden yang pertama terjadi di Asia pada 2016.
Kurang dari dua bulan lalu, Sony Music meminta maaf setelah girl band Jepang Keyakizaka 46 menggunakan cape hitam dan topi yang serupa dengan seragam SS (Schutzstaffel) pimpinan Hitler saat pentas.
Sebelum Keyakizaka, girl band Korea Selatan Pritz juga dianggap menggunakan kostum panggung yang bergaya Nazi. Namun mereka mengatakan kalau mereka tak pernah bermaksud untuk berpenampilan seperti Nazi. Pada 2014 lalu, mereka menggunakan kemeja hitam dengan
armband merah.
Pada tahun yang sama, salah satu artis Indonesia, Ahmad Dhani juga menjadi sorotan karena busana bergaya Nazinya. Dia menggunakan baju tersebut dan mengunggahnya dalam video
online untuk mempromosikan calon kandidat presiden Prabowo Subianto.
Dia mengungkapkan bahwa dia tak berpikir tentang kostumnya sebelum memakainya. Dia pun meminta maaf.
Namun di Thailand punya gaya yang berbeda. Di negara ini, berbagai baju dan objek lain soal Nazi bisa dengan mudah ditemukan di seluruh area belanja.
Di 2011, sebuah sekolah di Chiang Mai meminta maaf setelah muridnya berfoto dalam seragam Nazi, lengkap dengan bendera dan armbandnya untuk parade.
(chs)