Meningkatnya Permintaan Obat Generik Berkat Program BPJS

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Kamis, 23 Mar 2017 08:40 WIB
Obat generik sering diragukan kualitasnya karena murah. Padahal semua obat miliki ijin BPOM. Obat generik pun kini naik pamornya setelah hadir program BPJS.
Pemasaran obat generik alami peningkatan dengan munculnya program BPJS oleh pemerintah (REUTERS/Srdjan Zivulovic/)
Jakarta, CNN Indonesia -- Obat adalah solusi ketika sakit. Tapi masih banyak orang kurang bisa membedakan obat paten dan obat generik. Obat paten ialah obat masih dalam masa paten. Hak paten diberikan pada perusahaan untuk obat ciptaan perusahaan. Sedangkan obat generik muncul ketika masa paten obat habis. Dengan kata lain, perusahaan farmasi lain dapat memproduksi obat yang sama tanpa perlu membayar sejumlah royalti bagi perusahaan perintis.

Wakil Ketua International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), Evie Yulin menjelaskan, obat generik sendiri terbagi menjadi dua, generic generic dan branded generic.

"Contoh kita bicara soal obat untuk hipertensi seperti amlodipin, ini contoh generic generic. Sedangkan generic branded, dia sudah ada brand atau merk tertentu," katanya usai konferensi pers di Jakarta pada Rabu (22/3).

Ia mengatakan, secara kasat mata perbedaan kemasan untuk kedua jenis obat ini berbeda. Obat generic tidak mencantumkan merk. Kemasan hanya menyebutkan zat atau kandungan obat. Sedangkan generic branded akan mencantumkan merk. Selain itu, pemerintah sendiri juga telah memberikan logo khusus berbentuk lingkaran hijau dengan garis putih. Obat dengan logo khusus ini disebut obat generik berlogo atau OGB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini banyak orang beranggapan, karena harga yang murah, obat generik tidak lebih baik daripada obat paten. Menurut Evie, asumsinya semua obat yang melalui ijin Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) pasti produknya baik.

"BPOM biasanya melakukan analisa mendalam dan melakukan bio equivalensi. Jadi obat generik harus ekuivalen atau sebanding dengan obat patennya," jelas Evie.

Menurut Evie, mungkin selama ini orang beranggapan obat paten lebih baik karena perintis atau temuan pertama. Riset dan pengembangan dilakukan oleh perusahaan selama bertahun-tahun, dan melalui uji klinis sampai produk mendapat ijin dari Food and Drug Administration (FDA), juga BPOM saat masuk ke Indonesia.

Keamanan baik obat paten maupun obat generik, lanjut Evie, tergantung dari pemakaian. Ia menekankan pada peresepan oleh dokter. Pasien dapat merasakan manfaat obat saat ia diberi obat dengan dosis dan waktu yang tepat.

"IPMG menyasar pada dokter. Sehingga kami punya program untuk mengedukasi dokter. Harapannya, dokter dapat mengedukasi pasien, memberikan penjelasan lengkap tentang obat yang dipakai pasien,"ujarnya.

Sementara itu, Evie melihat pemasaran obat generik mengalami peningkatan, apalagi dengan munculnya program BPJS oleh pemerintah. Kendati jenis obat terbatas, tapi menurut Evie, masyarakat punya akses pelayanan kesehatan lebih baik. (sys)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER