Tergilas E-Commerce, Ritel AS Tutup Lebih Cepat

Rahman Indra | CNN Indonesia
Senin, 10 Apr 2017 10:07 WIB
Sejumlah toko busana mulai berhenti beroperasi, dan meninggalkan pusat perbelanjaan. Ini menjadi awal dari tergilasnya ritel oleh perdagangan elektronik di AS.
Sejumlah toko busana mulai berhenti beroperasi dan meninggalkan pusat perbelanjaan, dan ini menjadi awal dari tergilasnya ritel oleh perdagangan elektronik. (Foto: REUTERS/Denis Balibouse)
Jakarta, CNN Indonesia -- Industri ritel di AS mulai menunjukkan perubahan besar dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah toko di sana bersiap untuk mengakhiri aktivitasnya dan tutup karena bangkrut.

Mengutip Business of Fashion, akhir pekan lalu, Ralph Lauren telah mengumumkan akan menutup tokonya yang berada di Fifth Avenue. Toko ini sebelumnya menjadi simbol dari kedigdayaan dari label tersebut.

Sementara, ritel yang menjual busana untuk remaja Rue21.Inc juga mengikuti langkah serupa. Toko yang memiliki sejumlah jaringan hingga 1.000 toko yang tersebar di beberapa tempat itu juga dikabarkan mengalami kebangkrutan. Beberapa waktu lalu, ritel ini dijual pada perusahaan Apax Partners sekitar miliaran dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Industri ini masih dalam tahap pencairan akan jawaban, saya tidak bisa menebak dengan pasti berapa banyak lagi pusat perbelanjaan yang mesti mengubah konsep penjualan mereka di kemudian hari," ungkap Noel Hebert, seorang analis, seperti dilansir dari BoF.

Sejumlah toko berhenti beroperasi dan meninggalkan toko yang sebelumnya berada di pusat perbelanjaan. Lebih dari 10 persen industri ritel di AS, tutup dan alih fungsi ke yang lain untuk harga sewa lebih rendah.

Richard Hayne, dari Urban Outfitters mengatakan apa yang terjadi pada industri ritel tak ubahnya seperti bisnis perumahan yang dulu ramai lalu juga dengan cepat mengalami keruntuhan. Dalam beberapa tahun terakhir mal membuka banyak toko, dan sebagian besar dari mereka menjual barang yang sama, yakni busana. 

"Kita sudah sama-sama lihat akibatnya, banyak akhirnya toko yang tutup, tren ini akan terus terjadi di masa yang akan datang," ujarnya.

Perusahaan ritel lainnya yang mengalami kebangkrutan di antaranya HHGregg Inc, Gordman Stores Inc, dan Gander Mountain Co. RadioShack juga disebutkan telah berjuang untuk bertahan dalam dua tahun terakhir.

Sementara daftar itu terus bertambah, di antaranya Sears Holdings Corp, Macy's Inc dan JC Pennye Co menutup total ratusan toko mereka.

Perusahaan ritel lainnya berupaya berubah dengan membuatnya beralih ke e-commerce.

Kenneth Cole Productions mengatakan pada November lalu bahwa mereka menutup hampir semua toko fisik mereka. Bebe Stores Inc, jaringan toko busana wanita juga berencana mengikuti langkah yang sama pada akhir bulan lalu.

"Industri mulai mengadaptasi terhadap perubahan naiknya popularitas belanja online," ujar analis, Christian Buss.

Untuk saat ini Amazon.com Inc masih memimpin penjualan online. Perusahan di Seattle ini mencatat pertumbuhan hingga 53 persen tahun lalu, menurut EMarketer Inc.

Apa yang terjadi di AS disebut lebih parah dibanding negara lainnya, seperti Eropa dan Jepang. Kuncinya kemudian adalah pada pengalaman belanja konsumen baik online maupun offline.

Oliver Chen, seorang analis dari Cowen & Co menganjurkan ritel mesti kembali fokus pada pelanggan. Manajemen, katanya mesti berupaya keras untuk memikirkan upaya menyesuaikan diri dengan tren yang terus berubah. (rah)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER