Definisi Ulang Legasi Iwan Tirta di Tangan Era Soekamto

Syanne Susita | CNN Indonesia
Kamis, 27 Apr 2017 10:55 WIB
Pemikiran dan filosofi Iwan Tirta dalam melestarikan batik Indonesia dilanjutkan oleh Era Soekamto ke dalam rancangan elegan dan mewah Condrosengkolo.
Era Soekamto mendefinisi ulang koleksi baju wanita modern Iwan Tirta Private Collection. (CNN Indonesia/Syanne Susita)
Jakarta, CNN Indonesia -- Butuh waktu dua setengah tahun bagi Era Soekamto, direktur kreatif Iwan Tirta Private Collection, untuk mempersiapkan peragaan busana yang bertema Condrosengkolo ini.

Waktu panjang ini sudah termasuk penelitian motif, menerjemahkan filosofi ke dalam desain hingga akhirnya koleksi siap diperagakan.

Berpegang teguh pada filosofi keselarasan yang menjadi ciri khas motif batik Iwan Tirta Collection, Era mengaplikasikan motif-motif ini dalam rancangan baju wanita dan pria dalam siluet modern.

“Siluet koleksi ini very modern karena memang DNA-nya Iwan Tirta kan sangat elegan. Sejak dulu, beliau sangat menyukai Balenciaga dan Christian Dior,” terang Era saat ditemui beberapa jam sebelum peragaan dimulai di Opal Room, Fairmont (26/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, definisi wanita modern yang sekarang jelas telah berubah banyak dengan definisi wanita modern tahun 80-an, dimana wanita modern sekarang lebih menyukai kepraktisan.

“Wanita modern sekarang sangatlah praktis. Baju mereka bisa untuk kerja tetapi juga untuk cocktail. Tetap elegan, tetap jadi pusat perhatian, tetap lady look tetapi ada androgininya sedikit. Garisnya tetap klasik.”

Dalam melakukan definisi ulang ini, sentuhan kekinian diterapkan dalam berbagai proses kreatif perancangan 77 baju yang ditampilkan dalam peragaan busana berdurasi 45 menit itu.
Definisi Ulang Legasi Iwan Tirta di Tangan Era SoekamtoFoto: CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi

Mengaplikasikan Berbagai Teknik Baru
Salah satu unsur “kekinian” ini terlihat dari potongan pola bajunya yang lebih berani dan canggih.

“Selalu ada satu intriguing cut yang memang kita selipkan di setiap helai kain. Desain baju akan terlihat seperti ada manipulation of cut, dan manipulation of dark. Karena Condrosengkolo itu sebenarnya kan tentang matematika. Jadi, saya perhatikan sekali pembuatan pola baju agar cutting terlihat menarik dan edgy.”

Dan, diakui Era, ini jadi tantangan terbesar dalam proses pemotongan pola. Akurasi menjadi sangat penting agar motif utama batik bisa direpresentasikan sempurna dalam setiap rancangan baju. Filosofi keselarasannya pun tidak hilang.

“Di situlah tantangannya. Pertunjukan ini adalah salah satu upaya agar kita bisa mengkomunikasikan motif dan filosofinya dengan benar.”

Inovasi baru dalam teknik pewarnaan juga digunakan untuk membuat motif terlihat lebih baru dan tajam.

“Teknik pewarnaan garaman dan ombre digunakan untuk membuat detail motif lebih tajam dan terlihat lebih modern. Ini merupakan inovasi baru dalam pewarnaan batik,” terang Era lebih lanjut.

Selain teknik pewarnaan, bahan kain yang digunakan dalam rancangan Iwan Tirta Private Collection kali ini juga menyelipkan beberapa bahan yang sebelumnya tidak pernah digunakan seperti organza dan sutra ABTM.

Dari segi warna, koleksi Iwan Tirta kali ini berpatokan pada warna-warna elemen alam semesta yang terbagi dalam empat kategori. Akasa (langit), Dahana-Tirta (air-api), Bawono (tanah) dan Maruta (angin).

“Warna mengikuti empat elemen tersebut. Make it simple. Saya tidak melakukan codex dalam pewarnaan. Tapi, dalam sequences nanti, kita membuat analogi dari Sangkan Paran Dumadi. Dari nol, kembali ke nol. Dari ruh, kembali ke ruh. Dari 4 elemen, yaitu api, tanah, air dan udara, akan muncul psikologi warnanya. Merah, biru, cokelat.”
Definisi Ulang Legasi Iwan Tirta di Tangan Era SoekamtoFoto: CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi

Empat Tema Memikat
Berdasarkan empat kategori inilah, urutan koleksi baju ditampilkan dalam peragaan busana yang dihadiri oleh banyak selebriti negeri sendiri seperti Reza Rahardian, Christine Hakim dan Adinia Wirasti.

Setelah mundur dua jam, peragaan busana mulai jam 9 malam dan dibuka dengan tembang Pangkur Gedong Kuning yang berisi bait-bait puisi tradisional Jawa karya Sunan Kalijaga.

Dilanjutkan dengan tari Bedhaya Matah Ati karya Atilah Soeryadjaya, ketujuh penari menggunakan kostum dan aksesoris peninggalan almarhum Iwan Tirta yang diberikan pada Atilah untuk pertunjukan Matah Ati.

Tampil di urutan pertama adalah koleksi Akasa yang didominasi oleh warna biru langit dan dipadukan dengan motif alas-alasan yang sekilas tampak seperti rasi bintang.

Disusul dengan koleksi Dahana-Tirta yang menampilkan kombinasi warna biru dan merah dengan motif batik gajah dan naga, dua simbol keseimbangan.

Dalam urutan Bawono, warna-warna tanah seperti kuning gading, cokelat sogan, dan hitam mendominasi koleksi baju. Di sesi ini, jas pria terlihat dominan dan sukses mencuri perhatian karena kontras tajam warna hitam dan emas.

Keseluruhan tampilan pria di sini juga terlihat mewah dan berkelas karena jas dan kemeja panjang dipadu padankan dengan sarung atau celana pantalon lurus.

Sebagai penutup, koleksi Maruta menunjukan esensi keanggunan dan keindahan karya-karya Iwan Tirta. Menggunakan palet warna cerah seperti ungu, hijau turquoise dan merah, motif batik merak terlihat elegan, mewah dan, tentunya, mahal. 
Definisi Ulang Legasi Iwan Tirta di Tangan Era SoekamtoFoto: CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi
(sys)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL
TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER