Jakarta, CNN Indonesia -- Merebaknya permainan dari dunia internet dinilai cukup membuat khawatir orang tua. Salah satu permainan yang sedang marak dibicarakan saat ini adalah blue whale challenge atau blue whale suicide game.
Permainan yang dilakukan selama 50 hari itu memang cukup mengkhawatirkan karena berisi tantangan untuk melukai diri sendiri. Di hari terakhir tantangan tersebut, peserta diperintahkan untuk bunuh diri.
Psikolog Tika Bisono mengatakan, anak-anak khususnya remaja memang memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar. Maka itu, para remaja tidak dapat disalahkan jika dirinya penasaran dengan permainan yang beredar melalui internet.
Orangtua tentu menjadi pemegang peran dalam kegiatan yang dipilih oleh anak-anaknya. Namun, bukan berarti menjauhkan anak dari gawai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Menjauhkan gadget) itu tidak mungkin tetapi, bagaimana kita memahami konten tersebut serta kelayakannya dan ada standard operating procedure (SOP)-nya. Itu butuh mindset terlebih harus melebar pada psikologis, persoalannya mau dibaca atau tidak?" ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/3).
"Masalahnya, kita ini suka Ndeso, nulis (soal) ini saja kadang dicuekin. Tapi, tidak boleh menyerah dalam arti mengingatkan supaya tidak Ndeso," tuturnya kemudian.
Berikut adalah tiga peran penting orang tua dalam menyikapi Blue Whale Challenge atau permainan di internet yang kerap mencuat di kalangan remaja yang disarankan Tika Bisono.
DiskusiOrang tua harus mengajak anaknya untuk berdiskusi terkait hal-hal baru yang sedang menjadi tren, salah satunya blue whale challenge. Tujuannya, untuk mengedukasi anak menentukan mana hal yang baik dan buruk.
Orang tua juga harus mencari tahu soal permainan tersebut dan melihat peringatan yang telah dikeluarkan. Jika hal itu diabaikan, Tika menilai, orang tua yang bersalah.
Alihkan perhatianBukan tidak mungkin seorang anak aktif menggunakan gawai karena kurangnya aktivitas yang dia lakukan. Tika mengatakan, orang tua harus mengalihkan perhatian anaknya dengan mengajak beraktifitas dan mencari tahu hal yang disukainya.
"Jadi perhatian anak itu sebaiknya di-distract dengan hal yang sama hebohnya," tuturnya.
Jadi mentor bagi anakRemaja memang suka dengan hal baru terlebih yang memacu adrenalin. Namun, bukan berarti orang tua dapat membiarkannya begitu saja.
Tika mengatakan, orang tua harus berperan sebagai mentor bagi si anak. "Misalnya, (anak) mau mencoba sesuatu dan sesuatu itu ada yang benar dilarang, ada yang masih masa persiapan, kalau dilanggar dan terjadi sesuatu ya itu salahnya anak itu, bukan menyalahkan game-nya karena sudah ada SOP," ucapnya.
(sys)