Jakarta, CNN Indonesia -- Selain melakukan ziarah, kini ada tradisi baru dimana bermaaf-maafan dilakukan sebelum memasuki bulan ramadan. Jadi, tradisi ini tidak lagi identik dilakukan pada saat hari raya Idul Fitri.
Idealnya, kita tidak perlu menunggu datangnya ramadan untuk minta maaf. Jika kita ingat akan kesalahan, lebih baik kita langsung meminta maaf. Bermaaf-maaafan bisa dilakukan kapan saja.
Sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari segala kesalahan, sengaja atau tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa saja khilaf datang melalui komentar atau celetukan yang ternyata kurang berkenan di hati orang lain, atau janji-janji yang terlupakan.
Kadang juga bisa dari sikap atau perbuatan yang tak sengaja menyakitkan.
Atau juga munculnya prasangka buruk terhadap orang lain yang tak terbukti kebenarannya.
Namun, dengan hadirnya tradisi baru ini, dikumpul dari beberapa sumber, momen ini bisa dijadikan momen yang tepat untuk meminta maaf, terutama kepada orang-orang terdekat.
Yang pertama, akan sangat baik jika meminta maaf dimulai kepada orang tua sebagai orang yang melahirkan dan membesarkan kita. Sempatkan diri untuk mengucapkan maaf dan mencium kedua tangan orang tua sebagai ekspresi ketulusan.
Permintaan maaf juga sebaiknya dilakukan di antara suami istri. Tanpa harus mengungkit siapa yang salah, lebih baik ada keterbukaan di antara suami dan istri untuk saling meminta permohonan maaf. Selain itu, ada kebesaran hati untuk memaafkan dan tidak menyimpan terlalu lama kesalahan pasangan.
Yang terakhir adalah bermaafan dengan orang-orang di sekitar kita. Tentu saja kita pasti pernah menyakiti mereka dengan kesengajaan atau ketidak sengajaan yang kita lakukan.
Bermaafan dengan sesama sama pentingnya dengan meminta maaf kepada keluarga sendiri.
Tradisi baru ini juga diharapkan bukan sekedar berbasa-basi minta maaf atau memaafkan. Akan lebih baik jika dilakukan juga penyelesaian semua urusan seperti utang atau pemenuhan janji lainnya.
(sys)