Keseringan Ikut Buka Puasa Bersama Bisa Bikin Kantong Bolong

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Jun 2017 12:30 WIB
Tak jarang acara buka puasa bersama dilakukan di restoran yang mahal. Jika tak hati-hati, anggaran bulanan bisa membengkak karena memenuhi semua ajakan.
Ilustrasi buka puasa bersama di restoran. (CNN Indonesia/Syanne Susita)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ramadan menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi. Salah satunya bisa dilakukan dengan menyantap menu berbuka puasa bersama dengan teman lama, rekan bisnis, maupun keluarga.

Sayangnya, tak semua undangan buka puasa itu gratis. Bahkan tak jarang acara buka puasa bersama dilakukan di restoran yang mahal. Jika tak hati-hati, anggaran bulanan bisa membengkak karena memenuhi semua ajakan tersebut.

Perencana keuangan Safir Senduk mengungkapkan ajakan buka puasa bersama muncul karena karakter orang Indonesia yang gemar berkumpul. Hal itu pada dasarnya merupakan hal positif, dan Safir menyarankan untuk jangan pernah menolak ajakan buka puasa bersama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jangan menolak ajakan buka puasa bersama karena itu adalah budaya orang Indonesia. Tapi pastikan tempatnya memang terjangkau," tutur Safir saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (2/6) lalu.

Berbuka puasa di tempat bergengsi bukanlah suatu masalah jika peserta merasa nyaman. Namun jika harga makanan dan minumannya terlalu mahal, kita sebaiknya mengusulkan alternatif lokasi lain.

"Jadi kalau kita merasa tidak nyaman dengan lokasinya kita bilang mau dong buka puasa, tapi kalau bisa jangan di tempat yang itu deh karena tidak semua temen-temen kita ekonominya berhasil," ujarnya.

Ia juga menyarankan agar inisiator atau panitia acara buka puasa harus mempertimbangkan kondisi ekonomi dari peserta yang berbeda. Untuk itu, pilih tempat yang paling sesuai dengan kondisi keuangan seluruh peserta.

"Kita bisa kasih kesadaran kepada panitia buka puasanya, kalau bisa tempatnya yang terjangkau, harganya turun sedikit, sehingga semua teman bisa ikut," ujarnya.

Pengeluaran Bengkak

Safir mengingatkan, pengeluaran bulan puasa biasanya akan membengkak dua hingga tiga kali lipat. Hal itu bisa disebabkan oleh harga barang yang naik atau karena 'lapar mata' melihat berbagai macam promo penawaran.

Karenanya, masyarakat perlu berhati-hati dalam mengelola keuangan selama bulan ramadan. Caranya, masyarakat harus tetap fokus terhadap kebutuhan bahan makanan dengan menekan keinginan untuk belanja hal yang tidak perlu.

Selain itu, masyarakat juga harus menyiapkan alokasi dana untuk kebutuhan lebaran agar tidak kelimpungan pada hari H. Alokasi itu mulai dari pemberian THR bagi pegawai, biaya mudik, logistik halal bihalal, dan anggaran jalan-jalan bersama keluarga pada saat libur lebaran.

Sementara, perencana keuangan Eko Endarto menyarankan masyarakat sebaiknya memiliki persepsi (mindset) bahwa ramadan sama dengan hari-hari biasa dalam hal pengeluaran. Pembedanya hanya dari sisi ibadah.

"Seharusnya kita menjadikan ramadan sebagai ajang untuk eksplorasi diri dengan mengalihkan hal-hal yang bersifat dunia dan hal-hal yang bersifat konsumtif menjadi lebih produktif dan juga untuk motivasi," ujar Eko.

Dengan menggunakan mindset tersebut, acara buka puasa tidak akan menjadi beban. Pasalnya, anggaran yang biasa digunakan untuk makan siang kini bisa dialihkan untuk acara buka puasa bersama.

"Kalau biasa makan di warteg, kenapa pas ramadan harus di restoran mahal. Kan tidak harus seperti itu, seharusnya," pungkasnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER