Biak, CNN Indonesia --
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus mendukung perkembangan destinasi wisata di setiap daerah, salah satunya di Kabupaten Biak, Papua. Hal itu terlihat melalui kegiatan pembekalan dan paparan dalam acara Lokakarya Pengembangan Pariwisata dan Perikanan Berkelanjutan di Gedung Wanita Biak, Papua.
Bupati Biak Thomas Alfa Edison mengatakan, pihaknya sangat membutuhkan dukungan dan dorongan dari pusat terutama Kemenpar agar daerahnya bisa mengembangkan pariwisata dan menjadi sektor unggulan.
”Lokakarya ini memaparkan konsep, model dan praktik terbaik untuk meningkatkan Pariwisata di Kabupaten Biak Numfor, maka dari itu kami usung acara ini dengan tema menjahit sektor unggulan untuk masa depan, termasuk Pariwisata di Biak,” kata Thomas dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/7/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadir sebagai pembicara utama yakni Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman dan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti.
Selain itu, hadir juga Kementrian Kelautan dan Perikanan (Ditjen PRL dan Direktur Investasi Ditjen PRL), Asdep Jasa Kemaritiman Menkomar, Akademisi dan Praktisi dari IPB, UNIPA, LMMA, Usaid dan Ausaid, Pelaku Usaha dari Kab Raja Ampat, Dinas Pariwisata Papua, dan para industri serta pelaku usaha di Biak.
Dalam paparannya Dadang mengatakan, Biak harus siap dengan semua faktor terutama akses, amenitas, dan atraksi.
“Pariwisata itu harus dilakukan secara paralel, bersamaan, selain wisatawan harus ada, destinasi juga harus siap. Jadi, di Biak harus semakin banyak pelaku pariwisata, destinasi itu akan hidup kalau pelaku pariwisata juga ada dan siap,” kata Dadang.
Menurut Dadang, pengembangan destinasi pariwisata harus dilakukan secara sistematika yakni dengan analisis situasi strategi, formulasi strategi, dan strategi implementasi.
”Seperti yang sering diutarakan Menpar, untuk Indonesia, Pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Kami juga yakin ini akan berkembang di Biak,” ujar pria asli Jawa Barat itu.
Dadang juga menghimbau masyarakat dan seluruh elemen terkait Pariwisata di Biak agar mereka sadar wisata. Terutama kewajiban masyarakat dan para pelaku wisata di daerah untuk menjaga kenyaman para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
”Yang pertama dilihat adalah keamanan, baru dia akan datang. Selain itu tentunya, kita harus menjaga berbagai fasilitas. Karena wisatawan itu 60 persen ke Indonesia karena
culture atau ingin merasakan atmosfer budaya lokal. Sisanya, 35 persen faktor alam atau
nature, dan 5 persen
manmade, atau wisata yang di-
create orang atau wisata buatan, seperti
sport event, MICE,
show music, dan lainnya.
“Biak sudah punya dan bisa terus digenjot. Ayo, pariwisata itu bukan kerja sendirian, namun kerja untuk bersama. Jika kita kompak, maka semua target dan sasaran pasti terealisasi. Biak juga sudah harus bisa membuka dan menyasar target karena target sangat penting untuk mengukur kesuksesan,” ujar Dadang.
Hal senada juga diungkapkan Esthy. Dalam paparannya, wanita berhijab itu menyampaikan arah dan kebijakan pemasaran pariwisata nusantara. Kata Esthy, Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Pertama, pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar.
”Dampak pariwisata yaitu devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,”kata Esthy.
Selain itu, pariwisata juga terbaik di regional,
country branding Wonderful Indonesia yang promosinya semakin mendunia, Indonesia Incoporated, Indonesia Sebagai Tourism Hub Country, dan alokasi Sumber Daya.
”Kita semua harus bersatu untuk target 20 juta wisman di tahun 2019 dan pergerakan wisatawan nusantara sebanyak 275 juta,” kata Esthy.
Esthy juga membeberkan poin-poin penting seputar aktivitas marketing melalui serentetan program yang telah, sedang, dan akan dilakukan selama 2017.
“Untuk mencapai target stategi pemasaran, promosi pariwisata terus digencarkan. Untuk
marketing strategy menggunakan pendekatan DOT (Destination, Original, dan Time),
promotion strategy dengan BAS (Branding, Advertising, dan Selling), dan
media strategy dengan pendekatan POSE terutama pada pasar utama,” kata dia.
Wanita yang murah senyum itu menjelaskan, strategi pemasaran dengan pendekatan DOT itu akan difokuskan pada 10 Bali Baru yang Akses, Amenitas, dan Aksesnya sudah siap. Di antaranya Great Jakarta, Great Bali, Great Kepri, Joglosemar (Yogyakarta,Solo, dan Semarang), Bunaken– Wakatobi Raja Ampat, Medan, Lombok, Makassar, Bandung, dan Banyuwangi.