Anak Menyusu Lebih dari 2 Tahun Berisiko Alami Gigi Berlubang

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Senin, 10 Jul 2017 12:03 WIB
Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics, anak yang disusui selama dua tahun atau lebih cenderung berisiko mengalami gigi berlubang.
Menurut studi terbaru, anak yang menyusu lebih dari dua tahun akan mengalami masalah gigi berlubang.(Thinkstock/FamVeld)
Jakarta, CNN Indonesia -- ASI adalah makanan terbaik untuk bayi berusia 0-6 tahun. Namun beberapa orang tua memilih untuk memberikan ASI Eksklusif sampai anaknya berusia dua tahun.

Pemberian ASI eksklusif dua tahun ini dianggap bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak. Namun, baru-baru ini sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics mengungkapkan bahwa anak yang disusui selama dua tahun atau lebih cenderung berisiko mengalami gigi berlubang.

Peneliti menganalisis perilaku menyusu dan konsumsi gula pada 1.129 anak di Pelotas, Brasil. Pada usia 5 tahun, anak mengunjungi dokter gigi dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gigi mereka membusuk, copot dan permukaan gigi yang buruk. Selain itu ada juga anak yang mengalami karies gigi atau gigi berlubang yang cukup parah. Karies gigi parah ini ditandai dengan enam atau lebih gigi yang membusuk, copot dan permukaan gigi yang terisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dilansir dari CNN, Sekitar 23,9 persen anak yang terlibat dalam penelitian mengalami gigi berlubang yang parah. Sedangkan 48 persennya mengalami pembusukan paling tidak pada satu permukaan giginya. Anak yang disusui selama dua tahun atau 2,4 kali berisiko lebih tinggi mengalami gigi berlubang parah, dibanding dengan anak yang disusui kurang dari setahun.

Pemimpin studi dan profesor dari Universitas Adelaide Australia, Karen Peres mengatakan ada beberapa alasan untuk menjelaskan hubungan antara menyusui dengan gigi berlubang. Alasan pertama, menyusui anak lebih dari 24 bulan biasanya dilakukan karena permintaan anak. Biasanya hal ini juga dilakukan saat malam hari.

"Kedua, seringnya menyusui pada malam hari membuat anak sulit untuk membersihkan gigi," tambahnya.


Faktor Lingkungan Turut Mempengaruhi

profesor ilmu kesehatan di Universitas Negeri Ilmu Kesehatan, Porto Alegre, Brasil, Marcia Vitolo mengatakan dirinya sepakat dengan studi ini, yakni ada hubungan antara menyusui dengan gigi berlubang. Ia memang tidak terlibat dalam penelitian ini, tapi ia yakin bahwa faktor lingkungan juga turut mempengaruhi besaran risiko gigi berlubang.

"Saya yakin ada hubungan antara menyusui dengan gigi berlubang ketika lingkungan tak sehat, seperti tingginya frekuensi menyusui saat siang dan malam juga konsumsi makanan manis dan gula," katanya.

Studi lain terkait menyusui dan gigi berlubang punya hasil beragam. Vitolo yang melakukan studi serupa di Porto Alegre juga menemukan anak yang disusui lebih dari 24 bulan punya risiko dua kali lipat terkena gigi berlubang parah.

Karen mengingatkan, hasil studi mungkin tidak bisa diterapkan di negara lain.

"Saya percaya temuan umum dalam penelitian belumlah pasti, ini mungkin hanya untuk populasi dengan pola menyusui yang mirip dan adanya terpaan terhadap flouride," tambahnya.


Kandungan fluoride pada air dapat mencegah pembusukan gigi dan melindungi dari gigi berlubang. Di Pelotas, Brasil sudah memiliki pasokan air dengan fluoride sejak 1962.

Sementara itu, menyusui punya segudang manfaat. Studi lain yang dilakukan Karen menunjukkan bayi yang disusui setidaknya enam bulan 72 persennya punya risiko rendah mengalami retak gigi. Menyusui juga mengurangi risiko anak dalam kondisi baby bottle tooth decay, di mana hal ini selalu dihubungkan dengan gigi anak yang sering terekspos minuman mengandung gula dalam periode lama. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER