Jakarta, CNN Indonesia -- Homestay di Kabupaten Bangli dan Desa Wisata Blimbingsari yang sama-sama berasal dari Bali menjadi jawara homestay serta Community Based Tourism (CBT) dalam ajang Wonderful Indonesia Tourism Award 2017. Imbasnya, homestay Bali dan Desa Wisata Blimbingsari langsung dilambungkan untuk berkompetisi di level ASEAN.
“Para pemenang homestay dan CBT akan mewakili Indonesia di ajang setingkat ASEAN. Ini merupakan upaya Kemenpar untuk memberikan apresiasi kepada masyarakat yang telah membangun dan mengelola homestay dengan baik. Juga memotivasi masyarakat agar berlomba dan bersaing menyediakan homestay yang terbaik bagi wisatawan,” tutur Deputi Bidang Pengembangan Destnasi dan Industri Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman.
Vitria Ariani selaku Ketua Dewan Juri mengatakan, proses penilaian homestay sangat memprhatikan tiga aspek utama. Dari mulai produk, pelayanan hingga pengelolaan, semua dinilai dengan hati-hati. Ketiga aspek tersebut akhirnya dijabarkan dalam 12 kriteria dan 37
sub-kriteria penilaian. Muaranya, mendapatkan hasil penilaian yang detail dan berkualitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sedangkan untuk penilaian CBT kita mengacu pada standar ASEAN. Ada beberapa kriteria utama penilaian, yaitu bagaimana kepemilikan dan kepengurusannya oleh masyarakat, kontribusinya terhadap kesejahteraan sosial, kontribusinya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan, bisa mendorong terjadinya partisipasi interaktif antara masyarakat lokal dengan wisatawan, dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana kualitas kulinernya,” jelas Vitria yang juga Ketua Tim Percepatan Wisata Desa/Kota.
Semua itu dilakukan untuk mengapresiasi pengelola homestay dan komunitas pengelola pariwisata berbasis masyarakat. Ini sekaligus sebagai ajang untuk melakukan pemetaan destinasi.
"Selain melakukan penilaian, kita juga melakukan mapping atas keberadaan homestay dan komunitas. Termasuk dari mana saja wisman yang datang dan apa saja yang dilakukan dan disenangi wisatawan di sana," ujar Vitria.
Selain Vitria Ariani, juri Homestay dan CBT Award 2017 juga terdiri dari Kusmayadi (Anggota – Ketua STP Sahid), DGN Byomantara (Anggota – Ketua STP Bali), Ti&en Soekarya (Anggota – Pemerhati Pariwisata), Doto Yogantara (Anggota – Pengelola Desa Wisata), Alif Faozi (Anggota – Pengelola Desa Wisata), Edy Hendras Wahyono (Anggota – Penggiat Eco tourism), Tri Wibowo (Jurnalis), dan Ambar Rukmi (Sekretaris – Kementerian Pariwisata).
Hasilnya? Kementerian Pariwiasata mendapatkan lima terbaik untuk kategori Homestay serta tiga terbaik untuk kategori CBT. Untuk urutan pertama Homestay diraih Homestya D’Karang dengan pemilik Kadek
Darmayasa (Bali). Urutan kedua Homestay Perjuangan dengan pemilik Irna Maryuni (Sumbar).
Posisi ketiga ditempati homestay Panji dan Vadila milik Jumhadi (Babel). Sementara Homestay Rusli dengan pemilik Rusli berhasil menempati urutan keempat (Jabar). Satunya lagi, homestay milik Fakhrul Mukti dengan nama Homestay Sahara di posisi lima (Yogya).
Sementara untuk jawara dari CBT disambar Desa Wisata Blimbingsari Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Posisi kedua diisi Desa Wisata Cibuntu, Kecamatan Pesawahan, Kuningan, Jawa Barat. Untuk posisi ketiga disambar Desa Wisata Kakilangit Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik apresiasi yang diberikan untuk pengelola homestay dan CBT. Menurutnya, di era serba digital, industri pariwisata harus mengikuti perkembangan. Termasuk soal pengelolaan homestay, yang diharapkan kelak bisa menjadi yang terbaik di dunia.
“Homestay desa wisata memang menjadi prioritas utama Kemenpar, setelah Go Digital dan Air Connectivity. Mimpi besarnya, membangun Indonesia menjadi homestay terbanyak di dunia,” ujar Arief.