Dari Taiwan, Pameran Gendongan Bayi Kini Hadir di Jakarta

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Okt 2017 17:00 WIB
Museum Nasional Prasejarah Taiwan mengusung tur internasional pameran gendongan bayi ke Museum Nasional Jakarta, dari 20 hingga 29 Oktober 2017.
Museum Nasional Prasejarah Taiwan mengusung tur internasional pameran gendongan bayi yang kini hadir di Museum Nasional Jakarta. (Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gendongan bayi, kerap tampak sepele tapi rupanya punya makna mendalam. Gendongan bayi membuat seorang ibu dekat dan intim dengan sang buah hati. Ia juga merupakan sesuatu yang universal atau ada di mana pun. 

Dalam rangka mengenalkan budaya gendongan bayi Museum Nasional Prasejarah Taiwan mengadakan tur internasional bertajuk "Fertility, Blessing and Protection: Cultures of Baby Carriers". Gelaran ini memamerkan berbagai macam gendongan bayi dan tradisi membesarkan anak dari Suku Minnan dan masyarakat berbahasa Austronesia di Taiwan. 

"Cinta kasih orang tua yang begitu dalam pada anaknya adalah universal. Di seluruh dunia, manusia menggunakan cara yang berbeda untuk menggendong bayi atau balita," kata Chang Chi Shan, kurator Museum Nasional Prasejarah Taiwan saat seminar di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (20/10). 

Chang menjelaskan, kalangan akademis Barat menemukan bahwa bayi yang sering digendong memperoleh lebih banyak kepuasan emosional daripada bayi yang diletakkan di kereta. Bayi yang digendong pun mampu merasakan gerakan di penggendong dan membangun kepekaannya terhadap dunia. 


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senada dengan Chang, antropolog Tony Rudyansjah menuturkan menggendong anak dapat membiasakan buah hati dengan kegiatan orang dewasa.

Gendongan bayi, punya arti lebih karena bisa membuat dekat dan intim dengan si buah hati. Gendongan bayi, punya arti lebih karena bisa membuat dekat dan intim dengan si buah hati. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

"Saat ia dewasa, dia enggak kaget dan bisa dengan natural memasuki jenjang kehidupan orang dewasa," tambahnya. 

Wujud cinta dan perhatian orang tua tak hanya terwujud dalam kegiatan menggendong, tetapi juga wujud gendongan bayi dengan berbagai macam motif dan hiasan yang disematkan.

Chang bercerita, di barat daya China terdapat Suku Dong yang menyembah laba-laba dan menamakannya Nenek Laba-laba yang menjadi roh pelindung bayi-bayi. Wanita Dong pun menyulam pola laba-laba pada gendongan bayi dengan harapan sang anak diberkati dengan kebijaksanaan, kepandaian, panjang umur, kaya, sukses dan jaya. 



Di sisi lain, antropolog Dave Lumentu bercerita tentang gendongan bayi milik orang Kenyah yang tinggal di Apokayan, Kalimantan. Meski studi yang ia lakukan tak fokus pada gendongan bayi, tapi studi tentang migrasi orang Kenyah ini secara tak langsung bersentuhan dengan gendongan bayi. Gendongan bayi atau dikenal dengan sebutan "ba' " dibuat bahkan sebelum bayi lahir. Pembuatannya dapat melibatkan seluruh anggota keluarga. Ba' dibuat dengan rangka kayu dan rotan sebagai rangka luar. 

Kegiatan mengasuh anak tak melulu dibebankan pada ibu. Dave berkata, melalui ba' bayi diperkenalkan pada sebuah ikatan dan punggung orang dewasa.

"Ia mengenal komunitas melalui kehangatan punggung orang-orang di komunitasnya dalam 3 tahun pertama kehidupan bayi," ujar Dave. 

Pameran yang berlangsung hingga 29 Oktober mendatang ini mendatangkan 27 koleksi gendongan bayi dari Museum Nasional Prasejarah Taiwan serta 6 koleksi gendongan bayi dari Museum Nasional Indonesia.

Memasuki ruang pameran, pengunjung akan dibuai oleh alunan musik pengantar tidur khas Dayak. Ruang serba putih ini didesain khusus oleh Studio Hanafi. Kesan tenang dan damai langsung dapat dirasakan ,seakan berada dalam rahim ibu. 
(rah)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER